Riset: Nonton Video di TikTok Sama Bahayanya dengan Judi dan Minum Alkohol

Desy Setyowati
19 Agustus 2025, 12:52
bahaya nonton tiktok, bahaya tiktok,
PEXELS
TikTok
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menonton Reels di Instagram maupun video FYP di TikTok berjam-jam nampak tidak berbahaya. Namun studi peer-review di NeuroImage yang dipimpin oleh Profesor Qiang Wang dari Tianjin Normal University menunjukkan aktivitas ini sama berbahayanya dengan bermain judi maupun meminum alkohol.

Studi peer-review adalah proses evaluasi kritis terhadap karya ilmiah oleh para ahli dalam bidang yang sama sebelum karya dipublikasikan. 

“Menonton video pendek secara berlebihan tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat mengubah otak secara fisik,” demikian isi studi dikutip dari Times of India, akhir pekan lalu (15/8).

“Para peneliti menemukan bahwa pengguna berat video pendek menunjukkan peningkatan aktivitas di jalur imbalan otak, sirkuit yang sama yang aktif saat mengonsumsi alkohol atau berjudi, bersamaan dengan perubahan koneksi di area yang mengendalikan impuls, fokus, dan emosi,” demikian dikutip.

Jalur imbalan otak adalah serangkaian struktur dan sirkuit saraf yang terlibat dalam pemrosesan perasaan senang, motivasi, dan pembelajaran terkait dengan hadiah. Jalur ini, terutama jalur mesolimbik, memediasi pelepasan neurotransmitter dopamin, yang berperan penting dalam menciptakan perasaan senang dan memperkuat perilaku yang terkait dengan hadiah.

“Sederhananya, klip-klip yang tidak berbahaya itu mungkin memberi makan sistem dopamin otak secara berlebihan, menumpulkan kemampuannya untuk merasakan kenikmatan dari aktivitas sehari-hari, dan bahkan mempersulit pengguna mengendalikan kebiasaan menggulir layar. ‘Istirahat singkat’ mungkin sebenarnya melatih otak untuk mendambakan rangsangan yang konstan dan cepat, dan berjuang tanpanya,” demikian dikutip.

Video pendek dirancang untuk membuat pengguna tetap terpikat. Setiap gerakan menggeser, mengetuk, dan memutar otomatis menghasilkan lonjakan dopamin, zat kimia pemberi rasa nyaman di otak yang bertanggung jawab atas kesenangan, motivasi, dan imbalan.

Platform seperti TikTok dan Instagram menggunakan irama cepat, audio yang menarik, dan konten yang tidak dapat diprediksi untuk memaksimalkan efek dopamin. Hal ini menciptakan siklus otak terus-menerus mengantisipasi hit berikutnya.

Bunda Corla Saat Live TikTok
Bunda Corla Saat Live TikTok (Instagram/@corla_2)

Seiring waktu, lonjakan dopamin yang cepat itu dapat menurunkan sensitivitas sistem imbalan otak. Aktivitas yang dulunya membawa kegembiraan sejati, seperti membaca buku, menikmati makanan, atau bercakap-cakap tatap muka, mungkin mulai terasa membosankan jika dibandingkan.

Itu bukan sekadar metafora. Ahli saraf telah menemukan bahwa pola ini sangat mirip dengan perubahan neurologis yang terlihat pada kecanduan alkohol atau judi. Dalam kedua kasus ini, stimulasi berlebihan yang berulang membentuk kembali cara otak memproses kesenangan, sehingga lebih sulit untuk merasa puas tanpa stimulasi intens dan cepat yang telah terbiasa dengan otak.

Dengan kata lain, semakin banyak pengguna menggulir video di TikTok maupun Instagram, semakin otak belajar untuk mendambakan gulir, dan semakin sedikit ia merespons kesenangan hidup yang lebih lambat dan lebih halus.

Efek kognitif dan Perhatian Dari Guliran Video di TikTok dan Instagram

Sifat Reels Instagram dan TikTok yang serba cepat dapat memengaruhi korteks prefrontal, bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, fokus, dan pengaturan emosi.

Bagian itu merupakan pusat kendali otak, dan ketika terstimulasi secara berlebihan, efeknya bisa sangat mengganggu. Pengguna mungkin merasa lebih sulit berkonsentrasi pada satu tugas, mengingat detail percakapan, atau menahan keinginan untuk bertindak impulsif.

Yang lebih mengkhawatirkan yakni meningkatnya keinginan otak untuk hal-hal baru. Semakin banyak pengguna memberi otak semburan konten yang cepat dan tak terduga, semakin tidak puas rasanya dengan aktivitas yang lebih lambat, seperti membaca artikel panjang, mengerjakan proyek, atau bahkan duduk diam melamun.

Para ahli saraf mencatat bahwa perubahan-perubahan itu memiliki kemiripan dengan gangguan kognitif yang terlihat pada penggunaan alkohol. Dalam kedua kasus ini, kemampuan otak untuk mengatur perilaku dan mempertahankan fokus menjadi terganggu, membuat tugas sehari-hari terasa lebih berat secara mental daripada seharusnya.

Seiring waktu, kegiatan menggulir video pendek di Instagram maupun TikTok secara konstan itu dapat mengubah cara kerja pikiran, menggesernya ke arah kepuasan instan dengan mengorbankan pemikiran yang mendalam dan berkelanjutan.

Merujuk pada laman Databoks Katadata.co.id, pengguna TikTok rerata menggunakan fitur video pendek ketimbang lainnya. Rinciannya sebagai berikut:

TikTok
TikTok (Databoks)
TikTok
TikTok (Databoks)

Gangguan Tidur Akibat Menonton Video di TikTok dan Instagram

Menonton video pendek di TikTok maupun Instagram pada malam hari, terutama yang sarat emosi, diam-diam dapat mengganggu ritme alami otak. Jam sirkadian bergantung pada cahaya dan pola aktivitas yang dapat diprediksi untuk mengetahui kapan waktunya istirahat.

Cahaya terang dari ponsel, dikombinasikan dengan visual yang cepat dan merangsang, mengirimkan sinyal yang beragam, menunda pelepasan melatonin dan menjaga otak tetap waspada.

Stimulasi larut malam itu tidak hanya mengganggu tidur, tetapi juga memengaruhi hipokampus, pusat otak untuk pembelajaran dan pembentukan memori.

Ketika hipokampus terganggu, ia akan kesulitan menyimpan informasi baru, mengingat detail, dan memproses pikiran kompleks. Seiring waktu, pola ini dapat mengikis kejernihan mental, membuat pengguna mengantuk di pagi hari dan kurang fokus sepanjang hari.

Terus-menerus mengorbankan tidur nyenyak demi terus-menerus menggulir layar juga dapat menyebabkan ketegangan kognitif jangka panjang. Otak membutuhkan istirahat yang nyenyak dan tanpa gangguan untuk memperbaiki koneksi, membuang racun, dan memperkuat ingatan.

Tanpa istirahat, pengguna TikTok maupun Instagram mungkin akan bergantung pada kafein, kesulitan fokus, dan merasa terkuras secara mental bahkan setelah tidur semalaman yang terasa cukup.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...