Nenek di Jepang Rugi Rp 111 Juta, Ditipu Pacar Astronot Gadungan
Seorang nenek di Jepang menjadi korban penipuan asmara alias romance scam dan merugi satu juta yen atau Rp 111 juta (kurs Rp 111 per yen). Pacar yang mengaku sebagai astronot ingin membeli oksigen, karena pesawat luar angkasanya diserang.
Menurut keterangan polisi, perempuan berusia 80 tahun itu mulai berkenalan dengan penipu melalui media sosial pada Juli, sebagaimana dilansir dari CBS News.
Pelaku mengaku sebagai astronot yang sedang berada di luar angkasa. Seiring waktu, komunikasi mereka berkembang hingga korban mulai menaruh perasaan kepada pria itu.
Suatu hari, penipu itu mengaku sedang menghadapi krisis di luar angkasa. Ia mengatakan kapal luar angkasanya diserang dan ia sangat membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.
Dengan alasan tersebut, ia membujuk korban untuk mengirimkan uang agar bisa membeli oksigen. Korban pun akhirnya mengirimkan sejumlah uang, sehingga totalnya mencapai satu juta Yen.
Polisi menegaskan kasus ini sebagai bentuk romance scam, modus penipuan yang kerap menyasar orang-orang yang merasa kesepian. “Jika seseorang yang Anda temui di media sosial meminta uang, sebaiknya curiga dan segera laporkan ke polisi,” kata seorang pejabat kepolisian setempat, dikutip dari CBS News (2/9).
Fenomena penipuan terhadap lansia di Jepang dengan modus astronot bukan hal baru. Pada 2022, nenek di Negeri Sakura ditipu pacar online yang mengaku astronot Rusia yang meminta empat juta yen atau Rp 440 juta lebih untuk membayar biaya roket agar bisa kembali ke Bumi dan menikah dengannya.
Negara dengan populasi tertua kedua di dunia itu sering menghadapi kasus penipuan seperti modus ‘ini aku’, yakni penipu berpura-pura menjadi anggota keluarga yang membutuhkan uang. Ada juga modus pengembalian palsu premi asuransi atau pensiun melalui ATM.
Kasus penipuan asmara juga marak secara global. Menurut data Federal Trade Commission (FTC) di Amerika Serikat, lebih dari 64 ribu orang menjadi korban romance scam pada 2023, dengan total kerugian lebih dari US$ 1 miliar. Angka ini tercatat melonjak dua kali lipat dibandingkan empat tahun sebelumnya.
