Google PHK 200 Pekerja AI di Tengah Konflik Terkait Gaji

Kamila Meilina
17 September 2025, 09:20
Google
pexels.com
Google
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Google dilaporkan memberhentikan lebih dari 200 tenaga kontrak yang bekerja pada produk kecerdasan buatan (AI) dalam sebulan terakhir tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Pemutusan kerja ini terjadi di tengah perselisihan mengenai upah dan kondisi kerja para pekerja kontrak tersebut.

Menurut laporan Wired, dilansir dari Techspot (16/9), Google telah mengalihdayakan pekerjaan penilaian AI selama beberapa tahun terakhir melalui perusahaan outsourcing seperti GlobalLogic, anak usaha Hitachi. 

 Sebagian besar tenaga kontrak yang terdampak berbasis di Amerika Serikat dan bekerja dengan konten berbahasa Inggris. Mereka merupakan tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan master hingga doktoral, yang menjadi syarat bergabung dalam program super rater. 

Program super rater adalah program khusus yang digunakan Google untuk melatih dan mengevaluasi kualitas produk kecerdasan buatannya, termasuk chatbot seperti Gemini. Melansir Guardian, Program super rater adalah program khusus yang digunakan Google untuk melatih dan mengevaluasi kualitas produk kecerdasan buatannya, termasuk chatbot seperti Gemini.

Tugas para pekerja kontrak meliputi mengevaluasi, mengedit, dan menulis ulang respons chatbot Gemini. Namun, sejumlah pekerja diberitahu bahwa pemutusan kontrak dilakukan karena adanya “pengurangan skala” proyek. 

Menurut dokumen internal GlobalLogic, perusahaan tengah melatih sistem AI untuk secara otomatis melakukan penilaian yang selama ini dikerjakan manusia. Dengan kata lain, para tenaga konrak sedang melatih sistem yang berpotensi menggantikan pekerjaan mereka sendiri.

Pemutusan ini juga terjadi di tengah protes pekerja terkait isu rendahnya upah, kondisi kerja yang buruk, dan ketidakpastian pekerjaan. Beberapa kontraktor menuding langkah tersebut sebagai bentuk pembalasan atas upaya pembentukan serikat pekerja yang sempat muncul awal tahun ini. 

GlobalLogic juga dituding menerapkan praktik quiet firing, setelah pada Juli lalu mewajibkan pekerja di Austin, Texas, kembali ke kantor. Bagi mereka yang tidak bisa hadir karena alasan kesehatan atau finansial, pilihan yang tersisa hanyalah mengundurkan diri.

“Individu yang terdampak adalah karyawan GlobalLogic atau subkontraktornya, bukan Alphabet. Sebagai pemberi kerja, GlobalLogic dan subkontraktornya bertanggung jawab atas ketenagakerjaan dan kondisi kerja karyawan mereka,” kata juru bicara Google, dikutip dari Techspot, Selasa (16/9).

 “Kami menanggapi hubungan dengan pemasok dengan serius dan melakukan audit terhadap perusahaan yang bekerja sama dengan kami sesuai dengan Supplier Code of Conduct.”



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Kamila Meilina

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...