NASA Akan PHK 15 Ribu Pegawai Imbas AS Shutdown, 3.000 Kerja Tanpa Dibayar
Sebanyak 15 ribu pegawai NASA atau Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat akan menghadapi Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK, akibat Pemerintah AS mengalami shutdown. Sementara itu, tiga ribu pekerja lainnya bekerja tanpa dibayar.
Pemerintah AS resmi shutdown pada 1 Oktober. Dikutip dari Brooking Institution, government shutdown adalah kondisi ketika pemerintah federal Amerika Serikat menutup atau membekukan sebagian atau seluruh aktivitas operasional, karena Kongres tidak menyetujui undang-undang pendanaan alias appropriations bills sebelum tenggat anggaran berjalan habis.
Tanpa UU yang memberikan otorisasi pengeluaran, lembaga pemerintah tidak boleh mengeluarkan dana baru untuk fungsi-fungsi yang tidak dikecualikan.
Kondisi itu membuat NASA berencana melakukan PHK terhadap sekitar 15 ribu pegawai. Selain itu, sekitar 3.000 pekerja lainnya tetap bekerja, penuh atau paruh waktu, tanpa dibayar.
Kepala Sumber Daya Manusia NASA Kelly Elliott mengatakan, karyawan yang terlibat dalam misi Artemis dengan kontraktor SpaceX dan Blue Origin, tetap bekerja selama government shutdown.
“Mereka tidak akan dibayar selama masa cuti akibat government shutdown, tetapi karyawan harus mencatat waktu kerja,” tulis Elliott dalam surel kepada staf pada Rabu (1/10), dikutip dari CNBC Internasional, akhir pekan lalu (3/10).
Karyawan NASA diperkirakan menerima gaji setelah pembukaan kembali Pemerintah AS.
Dalam memo terpisah dari Senin (29/9), Penjabat Kepala Keuangan NASA Steve Shinn memaparkan rincian tentang misi yang akan didukung selama government shutdown.
NASA akan terus mendukung ‘operasi terencana’ Stasiun Luar Angkasa Internasional, serta misi satelit apa pun yang sedang dalam tahap operasi. “NASA akan mendukung operasi Artemis selama pendanaan berakhir, termasuk karyawan dan kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek itu,” kata dia.
Dalam situs web resmi, NASA menggambarkan Artemis sebagai kampanye untuk mengirim astronot menjelajahi Bulan demi penemuan ilmiah, manfaat ekonomi, dan membangun fondasi bagi misi berawak pertama ke Mars.
SpaceX memenangkan kontrak besar Artemis dengan roket Starship. Perusahaan milik Elon Musk ini telah menerbangkan seluruh sistem roket Starship dalam 10 uji terbang sejak April 2023, dan berencana melakukan uji terbang lainnya pada 13 Oktober.
Uji terbang Starship sebelumnya mencakup lima kegagalan, satu kegagalan parsial, dan empat keberhasilan.
Blue Origin milik pendiri Amazon Jeff Bezos, diberi kontrak Artemis lainnya.
Artemis III, yang dijadwalkan pada 2027, akan menjadi misi pertama yang melibatkan SpaceX secara langsung. Misi ini akan mendaratkan dua astronaut NASA di wilayah kutub selatan Bulan.
Misi Artemis awal melibatkan NASA yang bekerja sama dengan Lockheed Martin dan Boeing untuk merancang, membangun, menganalisis, dan kemudian membeli roket yang akan sepenuhnya menjadi milik badan tersebut.
Dengan Artemis II, yang dijadwalkan awal 2026, NASA berencana mengirim empat astronaut mengelilingi bulan tanpa mendarat sebelum kembali ke Bumi.
Selain itu, tujuan Artemis IV+ HLS, bersama SpaceX yakni menempatkan astronot di stasiun luar angkasa bulan pertama, membantu NASA dan mitra mempersiapkan misi manusia ke Mars. Artemis V diharapkan melibatkan Blue Origin.
SpaceX maupun Blue Origin belum menyelesaikan desain pendarat bulan, dan sejauh ini hanya membangun perangkat keras uji.
Perwakilan NASA, SpaceX, dan Blue Origin belum berkomentar tentang dampak government shutdown. “Saya sedang dalam status cuti. Oleh karena itu, saya tidak dapat menanggapi pesan Anda saat ini,” kata pesan dari Kepala Berita di kantor komunikasi NASA Cheryl Warner.
