Komdigi Soroti Gim Indonesia Tembus Pasar Global: DreadOut hingga Coral Island

Kamila Meilina
13 Oktober 2025, 10:55
gim, komdigi, coral island, dread out
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nym.
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid (kedua kiri) didampingi Dirjen Ekosistem Digital Kementerian Komdigi Edwin Hidayat Abdullah (kedua kanan), Dirjen Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komdigi Alexander Sabar (kanan) dan Presiden Asosiasi Game Indonesia Shafiq Husein (kiri) membuka Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) Conference 2025 di Badung, Bali, Sabtu (11/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Industri gim Indonesia terus menunjukkan potensinya dan mulai menembus pasar global. Sejumlah gim buatan pengembang lokal, mulai dari DreadOut hingga Coral Island kini bersanding dengan karya internasional dan digemari jutaan pemain di berbagai negara.

DreadOut merupakan gim survival horor yang dikembangkan Digital Happiness. Gim ini dibuat oleh pengembang asal Indonesia, Rachmad Imron dan diterbitkan sejak 2014.

Melansir laman resminya, gim ini telah sukses secara komersial di pasar internasional, diperkirakan telah terjual lebih dari 100.000 unit di platform Steam. 

Dalam gim ini, pemain berperan sebagai Linda, seorang siswi SMA yang terjebak di kota terlantar penuh makhluk halus. Dengan hanya berbekal kamera ponsel, Linda harus menghadapi dan memotret hantu-hantu khas Indonesia untuk mengusir mereka. 

Sementara itu, Coral Island adalah gim simulasi kehidupan dan pertanian buatan Stairway Games, studio pengembang asal Yogyakarta. Gim ini dirilis secara early access pada Oktober 2022 dan versi penuh pada 2024. 

Coral Island menawarkan gameplay yang mirip dengan Stardew Valley atau Harvest Moon, tetapi dengan sentuhan tropis khas Indonesia. 

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan, fenomena merebaknya gim ke pentas dunia ini menjadi sorotan dalam ajang Indonesia Game Developer eXchange (IGDX) 2025 yang digelar di The Stones Hotel, Bali. 

“Gim kini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi menjadi jembatan yang menghubungkan karya generasi muda Indonesia ke pasar global," kata Meutya, Sabtu (11/10), dikutip dari siaran pers. 

Ajang tahunan ini mempertemukan ratusan pengembang lokal dengan penerbit, investor, dan media internasional. IGDX disebutnya telah mencatat potensi kemitraan bisnis global senilai US$ 75 juta atau setara Rp 1,2 triliun (kurs Rp16.595 per US$), sejak pertama kali diselenggarakan pada 2021.

Salah satu sosok yang menjadi sorotan di IGDX 2025 adalah Adelia Misha, siswi SMP asal Malang yang datang ke Bali menggunakan bus untuk memamerkan karyanya.

Ia dinilai merupakan contoh potensi pengembang gim Indonesia. Sebab, di usianya yang baru 13 tahun, Misha telah melahirkan tiga gim, termasuk Mocchi Mitten Bubble Revenge yang ia perkenalkan di ajang ini.

Mocchi Mitten adalah game yang dirancang oleh Adelia dengan animasi sederhana. Melansir laman resminya, gim Mocchi Mitten buatan Adelia telah memiliki tiga seri permainan. Selain Mocchi Mitten Bubble Revenge, ada pula Mocchi Miten Eat Frenzy, dan Mocchi Mitten Meowsquito

Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Shafiq Husein menegaskan bahwa kualitas gim buatan pengembang lokal kini mampu bersaing di pasar global, terutama di Asia Tenggara.

“Tiga gim asal Indonesia baru saja memenangkan penghargaan di Kuala Lumpur. Ini bukti bahwa kita siap secara kualitas, tinggal perlu sedikit dorongan lagi dari pemangku kepentingan agar semakin matang,” ujar Shafiq.

AGI, kata Shafiq, berkomitmen mendukung para pengembang muda dan memperkuat kerja sama dengan pemerintah demi kemajuan industri gim nasional.

“Kami akan terus menjadi jembatan antara pengembang, investor, dan pemerintah agar industri ini tumbuh berkelanjutan,” katanya.

Data Kementerian Komunikasi dan Digital mencatat, industri gim Indonesia kini menyumbang sekitar Rp 71 triliun per tahun, dengan lebih dari 2.000 pengembang dan penerbit aktif di berbagai daerah. 

Selain itu, Indonesia kini menempati peringkat keempat dunia dengan 154 juta pemain gim aktif, setara dengan 40 persen total pemain di Asia Tenggara.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Kamila Meilina

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...