Komet 3I/Atlas Dekati Bumi, Astronom Harvard Duga Ini Sebenarnya Alien
Komet 3I/Atlas diperkirakan bisa diamati menggunakan teleskop mulai 11 November. Namun astronom dari Universitas Harvard menduga benda langit ini sebenarnya kapal alien.
Komet antar-bintang itu berasal dari tata surya Bumi, dan baru saja mencapai lintasan terdekatnya dengan Matahari. Komet yang dijuluki 3I/ATLAS ini berada dalam jarak sekitar 203 juta kilometer dari Matahari.
Komet 3I/Atlas saat ini berada di belakang Matahari dari perspektif teleskop berbasis darat di Bumi. “Para astronom diperkirakan dapat mengamati komet ini dalam beberapa minggu,” kata asisten profesor di departemen fisika dan astronomi di Michigan State University Darryl Seligman dikutip dari CNN Internasional, Sabtu (1/11).

Sumber: NASA / Planetary Science Division
Benda langit itu akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi pada 19 Desember, dalam jarak sekitar 270 juta kilometer. “Tetapi tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi,” demikian pernyataan Badan Antariksa Eropa.
Apa Itu Komet 3I/Atlas?
Komet seperti bola salju kotor yang tersisa dari pembentukan tata surya. Inti komet terbuat dari es, debu, dan bebatuan.
Ketika komet mendekati bintang seperti Matahari, panas menyebabkan benda langit melepaskan gas dan debu, yang menciptakan ekor khas.
"Saat berada paling dekat dengan Matahari, Anda akan mendapatkan pandangan inti yang paling holistik," kata Seligman. "Salah satu hal utama yang mendorong sebagian besar ilmuwan komet yakni, bagaimana komposisi volatilnya? Ini menunjukkan materi primordial awal yang membentuknya."
Para ilmuwan menggunakan peralatan canggih, seperti teleskop luar angkasa Hubble dan teleskop luar angkasa James Webb, bersama dengan banyak misi berbasis luar angkasa, seperti SPHEREx , untuk mempelajari Komet 3I/Atlas.
Komet 3I/Atlas merupakan objek antarbintang ketiga yang diketahui melintasi tata surya Bumi dan sejak ditemukan pada 1 Juli.
Pengamatan SPHEREx dan Webb mendeteksi karbon dioksida, air, karbon monoksida, karbonil sulfida, dan es air yang terlepas dari komet saat mendekati matahari, menurut Badan Antariksa Eropa.
Perkiraan awal menunjukkan bahwa komet antarbintang itu berusia tiga miliar hingga 11 miliar tahun, menurut studi yang ditulis bersama oleh Seligman dan Aster Taylor, mahasiswa doktoral dan Fannie and John Hertz Foundation Fellow di Universitas Michigan, pada Agustus.
Sebagai referensi, tata surya kita diperkirakan berusia sekitar 4,6 miliar tahun.
“Karbon dioksida berubah langsung dari padat menjadi gas sebagai respons terhadap perubahan suhu jauh lebih mudah daripada kebanyakan unsur. Ini berarti komet itu kemungkinan besar tidak pernah dekat dengan bintang lain sebelum bersentuhan dengan Matahari,” kata Seligman.
Astronom Harvard Menduga Komet 31/Atlas Adalah Alien
Penelitian yang mengemukakan teori liar bertajuk ‘Is the Interstellar Object 3I/ATLAS Alien Technology?’ diunggah di arXiv pada 16 Juli. Makalah ini ditulis oleh Adam Hibberd, Adam Crowl, dan Abraham Loeb.
Menurut Live Science, Loeb adalah seorang astronom Universitas Harvard yang terkenal karena menghubungkan objek luar angkasa dengan alien.
Live Science menyebut makalah tersebut kontroversial, tidak ditinjau sejawat, dan para ahli menganggap klaimnya ‘tidak masuk akal’.
Para peneliti dalam makalah itu menyebutkan ojek antar-bintang 3I/ATLAS yang ditemukan pada 1 Juli, meluncur menuju matahari dengan kecepatan lebih dari 130.000 mph atau 210 ribu kilometer per jam.
"Pada tahap awal perjalanannya melalui tata surya kita, 3I/ATLAS, penyusup antarbintang yang baru ditemukan, telah menunjukkan berbagai karakteristik anomali, yang ditentukan berdasarkan pengamatan fotometrik dan astrometrik," tulis trio peneliti tersebut, dikutip dari Live Science, pada Juli (27/7).
"Sebagai bagian dari latihan pedagogis, dalam makalah ini kami menyajikan analisis tambahan mengenai astrodinamika 3I/ATLAS, dan berhipotesis bahwa objek ini bisa jadi bersifat teknologi, dan mungkin bersifat agresif sebagaimana yang diperkirakan dari resolusi 'Hutan Gelap' hingga 'Paradoks Fermi'. Kami menunjukkan bahwa 3I/ATLAS secara mengejutkan mendekati Venus, Mars, dan Jupiter," demikian isi makalah tersebut.
"Lebih lanjut, kemiringan retrograde rendah bidang orbit 3I/ATLAS terhadap ekliptika menawarkan berbagai manfaat bagi Kecerdasan Ekstraterestrial (ETI), karena memungkinkan objek itu mengakses Bumi dengan relatif bebas," peneliti menambahkan.
"Gerhana Matahari dari Bumi pada 3I/ATLAS di perihelion akan memungkinkannya melakukan Manuver Oberth Surya terbalik secara diam-diam, strategi daya dorong tinggi yang optimal bagi pesawat antariksa antarbintang untuk mengerem dan tetap terikat pada Matahari,” kata peneliti.
Mereka memperkirakan teknologi Alien akan terlihat dari Bumi pada akhir November atau awal Desember.
Dikutip dari Live Science, pengamatan ahli menunjukan 3I/ATLAS merupakan komet besar yang dikelilingi oleh awan es, gas, dan debu yang disebut koma. Ilmuwan lain meyakini benda ini alami, atau bukan alien.
Studi Harvard Ungkap Potensi Lokasi Alien
Para ilmuwan dan berbagai organisasi penelitian telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencari tanda-tanda kehidupan di luar Bumi, mengamati langit, mengirimkan sinyal radio, dan menjelajahi planet-planet yang jauh.
Namun, terlepas dari semua upaya tersebut, pertanyaan besarnya tetap sama, ‘Apakah alien benar-benar ada?’. Teori dari para peneliti di Universitas Harvard menunjukkan bahwa manusia mungkin melihat ke arah yang salah selama ini. ‘Bagaimana jika alien tidak berada di sudut-sudut terjauh luar angkasa, melainkan di Bumi, hidup di antara kita?’.
Proposal akademis dari Program Human Flourishing Harvard menantang asumsi tentang kehidupan alien. Menurut studi ini, makhluk luar angkasa atau ‘kriptoterrestrial’ dapat hidup di bawah tanah, tersembunyi di Bulan, atau bahkan di antara manusia yang menyamar.
Meskipun belum melalui tinjauan sejawat, penelitian itu berfokus pada hipotesis kriptoterestrial. "Penulis semakin menyadari kedalaman bukti dan teori yang juga secara tentatif mendukung penjelasan ekstraterestrial lainnya: hipotesis 'kriptoterestrial' (CTH) yang menjadi fokus kami di sini, yang menyatakan bahwa UAP mungkin mencerminkan aktivitas NHI yang tersembunyi di Bumi (misalnya di bawah tanah) dan di sekitar ITS,” kata peneliti, dikutip dari Times of India, pada Juli (28/7).
Secara sederhana, para peneliti menyarankan bahwa fenomena udara tak dikenal atau UAP, yang sebelumnya dikenal sebagai UFO, dapat dihubungkan dengan kecerdasan non-manusia (NHI) tersembunyi yang sudah berada di Bumi atau di dekatnya.
Menurut makalah tersebut, para peneliti menyarankan bahwa makhluk tersembunyi ini, yang disebut kriptoterestrial, dapat hadir dalam empat bentuk berbeda, yakni:
- Manusia Kriptoterestrial atau para penyintas peradaban manusia kuno dan maju yang sebagian besar telah punah sejak lama tetapi masih ada secara diam-diam
- Hominid atau Theropoda Kriptoterrestrial, yang bisa jadi merupakan spesies non-manusia cerdas seperti makhluk mirip kera atau bahkan dinosaurus yang berevolusi dan belajar hidup bersembunyi, mungkin di bawah tanah.
- Mantan Ekstraterestrial atau Ekstraterestrial Kriptoterrestrial, makhluk yang mungkin berasal dari planet lain atau dari masa depan Bumi, memilih untuk tetap bersembunyi di Bumi atau Bulan
- Kriptoterrestrial Magis, yang digambarkan lebih seperti makhluk mitos seperti peri, elf, atau nimfa, yang tidak bergantung pada teknologi melainkan berinteraksi dengan manusia dengan cara yang misterius dan magis.
Teori itu masih diragukan. Para peneliti mengakui teori mereka mungkin akan ditanggapi skeptis.
"Makalah ini kemungkinan akan dipandang skeptis oleh sebagian besar ilmuwan, tetapi kami berharap dapat membantu dalam menormalkan analisis ilmiah yang ketat terhadap fenomena anomali dan mendorong komunitas ilmiah untuk mempertimbangkan data ini dengan semangat kerendahan hati dan keterbukaan epistemik,” kata para peneliti.

