Hacker Korea Utara Disebut Curi Lebih dari Rp 33 Triliun Kripto

Kamila Meilina
14 November 2025, 13:24
hacker korea utara curi kripto,
Meta.ai/Katadata Desy Setyowati
Ilustrasi hacker
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Firma analisis blockchain Elliptic mencatat kelompok peretas alias hacker yang terkait Korea Utara mencuri lebih dari US$ 2 miliar atau Rp 33 triliun (kurs Rp 16.650 per US$) aset kripto sepanjang tahun ini. Nilai ini menjadi yang tertinggi dalam satu tahun. 

Melansir laman Elliptic, secara total, hacker terkait Korea Utara telah mencuri lebih dari US$ 6 miliar atau Rp 100 triliun aset kripto.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB dan sejumlah lembaga pemerintah, dana hasil pencurian itu diyakini memainkan peran penting dalam pembiayaan program senjata nuklir dan pengembangan rudal balistik Korea Utara.

Elliptic menilai jumlah sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Atribusi serangan siber ke Korea Utara tidak selalu mudah dilakukan karena analisis didasarkan pada pola pencucian dana, data blockchain, hingga informasi intelijen.

Beberapa pencurian disebut memiliki ciri khas aktivitas Korea Utara tetapi tidak cukup bukti untuk memastikan, sementara kasus lain kemungkinan tidak dilaporkan.

Kasus pencurian terbesar tahun ini yakni peretasan US$ 1,46 miliar atau Rp 27 triliun yang menimpa bursa kripto Bybit pada Februari. Serangan lain yang telah dikaitkan dengan Korea Utara meliputi LND.fi, WOO X, dan Seedify. Elliptic juga menghubungkan lebih dari 30 peretasan tambahan ke kelompok tersebut sepanjang 2025.

Total pencurian tahun ini hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu dan melampaui rekor sebelumnya pada 2022 yang mencapai US$ 1,35 miliar atau Rp 22 triliun. Elliptic menilai temuan ini menunjukkan meningkatnya ketergantungan Korea Utara pada pencurian berbasis siber.

Elliptic mencatat sebagian besar serangan pada 2025 dilakukan melalui rekayasa sosial, bukan melalui eksploitasi teknis seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Individu kaya dan memiliki aset tinggi juga semakin menjadi target, seiring kenaikan harga kripto dan lemahnya perlindungan keamanan institusi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Kamila Meilina

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...