Menhut Raja Juli Pakai Teknologi AIKO untuk Cari Asal Kayu Gelondongan, Apa Itu?
Menteri Kehutanan atau Menhut Raja Juli Antoni mengatakan akan memanfaatkan teknologi Alat Identifikasi Kayu Otomatis atau AIKO untuk menelusuri asal kayu gelondongan yang terbawa arus banjir di Sumatera. Apa itu teknologi AIKO?
Raja Juli menjelaskan AIKO merupakan perangkat identifikasi kayu yang dapat melihat anatomi kayu secara cepat. Teknologi ini diharapkan memberi indikasi awal mengenai bagaimana kayu tersebut terlepas dari tempat asalnya.
“Dengan AIKO ini, kami akan mengetahui anatomi kayu, misalnya apabila ada cacat di kayu (bisa dicek apakah itu) ditebang atau didorong pakai bulldozer. Itu juga menjadi indikasi nanti,” ujar Raja Juli saat ditemui di kantor Mabes Polri, Kamis (4/12). Hasil identifikasi nantinya bisa memberi gambaran di mana kejadian itu berlangsung.
AIKO merupakan teknologi identifikasi kayu berbasis gambaran penampang lintang yang dikembangkan melalui kolaborasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Informatika, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).
Melansir laman Instagram LIPI Indonesia, inovasi itu pertama kali diluncurkan pada 28 September 2018 di Hutan Pinus Mangunan, Bantul, Yogyakarta.
Peneliti Pusat Penelitian Informatika LIPI Esa Prakasa menjelaskan bahwa AIKO bekerja dengan melakukan klasifikasi terhadap citra makroskopis permukaan tampang lintang kayu.
“Prosesnya dilakukan dengan memotret penampang kayu menggunakan kamera ponsel yang dilengkapi lensa pembesar. Foto tersebut kemudian diproses oleh sistem untuk menampilkan informasi identitas kayu dalam waktu beberapa detik,” demikian dikutip dari instagram @lipiindonesia, pada Agustus 2019.
Teknologi itu mempersingkat proses identifikasi kayu yang umumnya memerlukan waktu satu hingga dua minggu melalui metode laboratorium konvensional.
AIKO tersedia dalam bentuk aplikasi ponsel berbasis Android dan dirancang untuk digunakan langsung di lapangan.
AIKO memiliki tingkat akurasi identifikasi hingga 97%. Data identifikasi ditarik dari server Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK, yang bersumber dari Xylarium Bogoriense, yakni perpustakaan kayu otentik terbesar di dunia.
Xylarium Bogoriense merupakan sumber rujukan utama untuk dokumentasi keragaman jenis kayu Indonesia, termasuk nama lokal, nama ilmiah, persebaran, serta karakteristik fisik dan struktural kayu. Xylarium ini menyimpan lebih dari 193.858 spesimen kayu, berisi:
- Nama lokal dan ilmiah
- Berat jenis
- Kelas kuat dan kelas awet kayu
- Status perdagangan
- Persebaran jenis
- Rekomendasi pemanfaatan
Didirikan sejak 1914 dan diakui global sejak 1975 oleh International Association of Wood Anatomists (IAWA), Xylarium Bogoriense menjadi rujukan ilmiah utama bagi penelitian identifikasi kayu.
Menteri Kehutanan Raja Juli menyampaikan bahwa AIKO kini digunakan sebagai alat pembantu untuk melihat indikasi awal jenis kayu yang muncul di lokasi banjir. Data ini dinilai penting untuk melihat apakah kayu terbawa dari kawasan hutan tertentu, termasuk yang berpotensi terkait aktivitas illegal logging, pembukaan lahan, atau kegiatan industri lainnya.
“Penampang kayu dipotret dengan lensa pembesar dan informasi akan muncul secara cepat. Data yang dikumpulkan masih bersifat indikatif dan belum konklusif,” kata Raja Juli. Ia menegaskan bahwa temuan awal ini akan menjadi dasar untuk investigasi lebih lanjut.
Raja Juli menambahkan bahwa penyelidikan ihwal penyebab banjir dan asal-usul kayu gelondongan masih terus dilakukan bersama tim kepolisian. Pemerintah juga menelusuri dugaan keterkaitan banjir dengan praktik penggundulan hutan, kegiatan tambang, pembukaan lahan sawit, serta pemanfaatan hutan alam di Area Penggunaan Lain (APL).
“Belum pada tahap pemeriksaan, tapi identifikasi subjek-subjek hukum yang mungkin terlibat sudah dilakukan. Informasi akan disampaikan kepada publik setelah ada data yang lebih konkret,” ujar dia.
