Mencari Solusi Ketimpangan Digital dalam Forum G20

Sahistya Dhanesworo
Oleh Sahistya Dhanesworo - Tim Riset dan Publikasi
12 Agustus 2022, 16:06
Di tengah derasnya arus transformasi digital, masalah ketimpangan digital menjadi hal yang tak kalah penting untuk dibicarakan.
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww

Meski terasa cepat, transformasi digital di Indonesia menyisakan sejumlah tantangan yang harus diatasi. Ketimpangan digital adalah salah satunya. Hingga hari ini, masih banyak penduduk Indonesia yang belum bisa menikmati buah dari kemajuan teknologi yang hadir.

Sebagai gambaran, data Kominfo menyebutkan bahwa hingga kini masih ada 12.548 dari 83.218 desa dan kelurahan di Indonesia yang belum bisa menikmati layanan internet broadband atau blank spot. Dari jumlah tersebut, 3.435 desa dan kelurahan berada di wilayah komersial, termasuk di ibu kota negara yakni Pulau Seribu. Sementara itu, 9.113 lainnya berada di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Bank Dunia menyatakan, ketimpangan digital dapat memperluas jurang ketimpangan sosial dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal itu karena kesempatan yang ada, terutama dalam hal ekonomi, akan lebih mudah dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki akses internet ketimbang mereka yang tidak.

Mengutip pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam G20 High-Level Seminar on Digital Infrastructure: Closing the Digital Divide pada Kamis (9/6//2022), populasi penduduk dunia yang dapat mengakses internet naik menjadi 63 persen pada tahun 2021. Namun demikian, masih ada 37 persen populasi yang belum bisa mengakses internet sehingga perlu perhatian khusus. 

“Jadi kesenjangan tidak hanya terjadi antarnegara, yaitu antara negara kaya, negara berpenghasilan menengah, dan negara berpenghasilan rendah, tetapi juga di negara-negara dengan pengguna internet di perkotaan lebih tinggi dua kali daripada di pedesaan,” papar Sri Mulyani.

Ia pun menegaskan, pembahasan G20 adalah untuk mencari solusi dalam rangka mempersempit kesenjangan digital. Hal ini penting agar masalah ketimpangan digital tidak semakin memburuk. 

Isu ketimpangan digital juga disinggung dalam dalam pertemuan Digital Economy Working Group (DEWG) G20 yang digelar tahun ini. Pertemuan tersebut membahas tiga isu prioritas, yaitu konektivitas dan pemulihan pasca Covid-19, keterampilan digital dan literasi digital, serta aliran data dengan kepercayaan dan aliran data lintas batas.

Dalam pertemuan itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menegaskan bahwa pihaknya terus bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ketimpangan digital. “Kesenjangan digital masih menjadi tantangan. Dan, bahkan lebih sedikit lagi yang memiliki akses ke internet broadband tetap,” ujarnya dalam keterangan pers.

Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah adalah dengan pengadaan infrastruktur digital secara masif berupa kabel serat optik baik di darat dan laut, satelit high throughput, serta pembangunan BTS (base transceiver station/stasiun pemancar). 

Selain itu, Kementerian Kominfo juga berupaya menjalin kerja sama erat dengan negara-negara anggota G20 lainnya demi mendorong penyebaran infrastruktur digital secara besar-besaran. 

Penyediaan akses digital yang inklusif akan membantu negara dalam menciptakan nilai ekonomi digital. Selain akses terhadap sumber pengetahuan akan lebih terbuka bagi berbagai kalangan, ketimpangan digital yang terus menyempit juga akan membantu penciptaan nilai ekonomi. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...