Faktor Pembeda Pelemahan Rupiah Saat Ini Dibandingkan Krisis 1998

Rizky Alika
6 September 2018, 18:50
No image
Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta. Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah dipatok pada level Rp11.722 per dolar AS, melemah 0,14% dibandingkan

Dinamika perekonomian domestik saat ini tak bisa disamakan dengan era 1998. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi sekarang memiliki konteks yang berbeda dibandingkan dengan 20 tahun lalu.

Hal itu dikemukakan Direktur Strategi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat di dalam pengarahan terbatas kepada sejumlah awak media. Perbincangan ini bertajuk Benarkah Krisis 1998 Berulang?.

Advertisement

Menurutnya, sebelum krisis moneter pada 1998 pemerintah tidak membiarkan rupiah melemah di hadapan dolar AS. Pada awalnya, Indonesia menganut sistem kurs tetap sehingga Bank Indonesia (BI) mempertahankan posisi nilai tukar rupiah di level Rp 2.000 - Rp 2.500 per dolar AS. Strategi ini merontokkan cadangan devisa negara.

"Pada 1998 itu internal kita ceroboh. (Pemerintah) tidak jelaskan kepada masyarakat bahwa rupiah tidak bisa terus menguat," kata Budi, di Jakarta, Kamis (6/9).

(Lihat infografik: Beda Gejolak Ekonomi Tiga Dekade)

Setelah menggunakan kurs mengambang barulah nilai tukar rupiah mulai dinamis. Sistem nilai tukar yang ada sekarang memposisikan mata uang domestik mengambang terhadap nilai valas. Dengan kata lain, pergerakan kurs rupiah menyesuaikan diri kepada dinamika pasar.

Budi menyatakan, sistem yang ada saat ini membuat cadangan devisa lebih terjaga. Kalangan perbankan juga berhati-hati dalam menyalurkan kredit karena diawasi Otoritas Jasa Keuangan. Plus, posisi utang dijaga pemerintah kurang dari 3% terhadap Produk Domestik Bruto.

(Baca juga: Ekonom: Cadangan Devisa Terus Menyusut Sampai Pengujung 2018)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement