Perpanjang Penutupan Pasar Tanah Abang, Kerugian Rp 400 Miliar Sehari
Perumda Pasar Jaya resmi memperpanjang penutupan Pasar Tanah Abang dari yang semula seharusnya dibuka pada 5 April 2020, diundur menjadi per 19 April 2020. Kebijakan ini dilakukan sesuai dengan perpanjangan masa darurat pandemi corona di DKI Jakarta.
Dikutip dari akun media sosial instagram, PD Pasar Jaya mengumumkan, penutupan itu berlaku untuk seluruh kegiatan usaha di Blok A, Blok B, Blok F dan Blok G. Aktivitas perdagangan dibuka terbatas hanya untuk para pedagang bahan pangan.
"Sehubungan dengan tanggap darurat Covid-19, maka Pasar Tanah Abang Blok A,B, F dan G kecuali pedagang bahan pangan, ditunda dibuka sampai dengan tanggap darurat corona berakhir," tulis postingan Perumda Pasar Jaya, Selasa (7/4).
(Baca: Beringharjo dan Tanah Abang, Pasar Tekstil yang Tutup Imbas Corona)
Pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara itu semula dijadwalkan mengehentikan aktivitas perdagangannya pada 27 Maret 2020 hngga 5 April 2020. Namun akhirnya diperpanjang selama 14 hari hingga 19 April 2020.
Seiring penutupan pasar Tanah Abang, para pedagang terancam kehilangan pendapatan. Omzet penjualan atau transaksi yang berpotensi hilang akibat penutupan ini, khususnya menjelang Ramadan saat ini ditaksir mencapai Rp 400 miliar per hari.
Sedangkan pada hari biasa, rata-rata omzet pedagang dari pasar Tanah Abang mencapai Rp 250 miliar hingga Rp 300 miliar. Kini, aktivitas pernigaan di kawasan tersebut hanya dibuka bagi para penjual kebutuhan pokok dan obat-obatan.
Promotion Manager Pengelola Pasar Tanah Abang Hery Supriyatna menjelaskan, perpanjangan penutupan pasar juga dilatari oleh pertimbangan minimnya pengunjung yang datang seiring imbauan physical distancing untuk mencegah penyebaran virus.
Padahal, saat ini merupakan periode dimana pedagang memanen untung dari penjualan produk sandang menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
"Secara omzet, pedagang di Pasar Tanah Abang itu kalau jelang puasa bisa mencapai Rp 300 - 400 miliar. Karena yang datang ke sini bukan hanya pembeli biasa tapi orang-orang yang belanja kemudian dijual lagi di daerah-daerah," kata Hery kepada katadata.co.id, Selasa (7/4).
Menurut dia, kondisi saat ini ini lebih buruk dibandingkan dengan saat-saat krisis tahun 1998. Pasalnya, saat itu hanya terjadi kerusuhan massa yang dapat diantisipasi dengan tindakan preventif.
(Baca: Pandemi Corona Pukul Industri Tekstil, Buruh Terancam PHK)
Akibat kebijakan penutupan, beberapa pedagang mulai mengajukan protes kepada pihak pengelola pasar lantaran kehilangan pemasukan. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah kepada pada pedagang, ditambah biaya retribusi keamanan sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu per meter persegi setiap bulannya masih terus berjalan.
Sehingga pedagang semakin kesulitan membayarkan kewajibannya. "Sampai sekarang belum ada informasi lebih lanjut terkait subsidi atau diskon biaya keamanan. Tapi untuk denda-dendanya misalkan pedagang terlambat bayar itu ada keringanan," kata dia.
Direktur Utama PD Pasar Jaya, Arief Nasrudin mengatakan bahwa penutupan Pasar Tanah Abang semula dimaksudkan untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung menjelang bulan suci Ramadan.
Pasalnya, pengunjung tidak hanya dari Jakarta dan sekitarnya saja, tapi juga dari luar daerah, bahkan mancanegara sehingga berisiko menjadi tempat penularan Covid-19.
"Seluruh aktivitas perdagangan di pasar tersebut kita liburkan sementara, ini merupakan salah satu langkah pencegahan dan penyebaran Covid-19, terkecuali di Blok G boleh berjualan khusus bahan pangan saja,” kata Arief melalui siaran pers, Kamis (26/3).
Dia mengatakan bahwa rencana penutupan ini telah dikomunikasikan dengan pedagang terlebih dahulu. Terlebih, menjelang bulan Ramadan memang menjadi waktu yang sangat penting bagi pedagang penjualan mereka akan lebih tinggi daripada hari biasa.