Pulihkan Trauma, Pertamina Berdayakan Ibu dan Anak di Kampung Nelayan

Cindy Mutia Annur
4 Oktober 2019, 16:08
 Seorang anak sedang menempel kertas di pohon. Pertamina menggelar tiga program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menggandeng sejumlah kelompok serta instansi setempat guna memberdayakan serta membantu pemulihan trauma para ibu dan anak-anak di
Cindy Mutia Annur / Katadata
Seorang anak sedang menempel kertas di pohon. Pertamina menggelar tiga program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menggandeng sejumlah kelompok serta instansi setempat guna memberdayakan serta membantu pemulihan trauma para ibu dan anak-anak di kampung nelayan, Makassar.

Sekitar dua kilometer dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Makassar, di kelurahan Pattingalloang, terdapat sebuah perkampungan yang mayoritas warga berprofesi sebagai nelayan. Dengan faktor ekonomi rendah dan minimnya tingkat edukasi, tak jarang problematika sosial terjadi.

Problematika sosial itu, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan seksual pada anak, kurangnya gizi pada balita, hingga perilaku penyimpangan seksual. Tak jarang, warga setempat terutama anak-anak mengalami trauma akibat dampak KDRT ataupun menjadi korban pelecehan seksual di lingkungannya.

Unit Manager CSR & Communication Pertamina MOR VII Hatim Ilwan mengatakan perusahaan tergerak untuk mengurai permasalah tersebut melalui berbagai program binaan yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.

(Baca: Wujudkan Pemberdayaan Perempuan, Ma'ruf Akan Ciptakan Dewi dan Dedi)

Sehingga, Pertamina menggelar tiga program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menggandeng sejumlah kelompok serta instansi setempat guna memberdayakan para ibu dan anak-anak di kelurahan tersebut, seperti program Kelompok Wanita Nelayan (KWN) Fatimah Az-zahra , Sehat Anak dan Ibu Tercinta (SEHATI), dan Kelompok Belajar Perempuan Berdaya.

Hatim menuturkan, hadirnya ketiga program di wilayah tersebut dilakukan berdasarkan hasil pemetaan sosial (social mapping).  Yang mana, dengan kondisi wilayah yang sangat padat penduduk, biasanya akan memiliki isu sosial yang tinggi. 

"Di sana ada kekhawatiran terhadap generasi penerus, anak-anak terpapar trauma. Kalau dibiarkan bakal berdampak tidak baik saat mereka dewasa," ujar Hatim, Kamis (3/10).

Sehingga, ia optimistis ketiga program tersebut dapat mendorong pemberdayaan terhadap warga setempat, khususnya para ibu dan anak.

Ketua KWN Fatimah Azzahra Nuraeni mengatakan, dampak dari problematika sosial di wilayahnya membuat beberapa anak menjadi sangat tertutup, bahkan sampai tidak mau berbicara sama sekali dengan orang lain.

“Mereka menjadi kehilangan rasa percaya diri akibat trauma,” ujar Nuraeni.

(Baca: Pertamina Klaim Distribusi BBM Lebih Efisien dengan New Gentry System)

Sejak 2018, Nuraeni dan Pertamina mendirikan Sekolah Anak Percaya Diri guna memulihkan rasa percaya diri mereka. Di sekolah non-formal ini, mereka diajarkan berbagai materi.

Tak hanya pelajaran moral, agama, namun juga keterampilan seni dengan kurikulum yang telah disusun oleh tim pengajar. Selain layanan pendidikan, sekolah ini juga menyediakan layanan psikolog bagi anak yang mengalami trauma.

Dia mengatakan beberapa anak yang mulanya sangat tertutup, perlahan mulai berani untuk bersosialisasi. “Kini mereka sudah lebih percaya diri, sudah mulai berani tampil di umum bahkan mereka sudah mulai berani untuk advokasi diri ketika dihadapkan pada situasi kekerasan di rumahnya,” ujarnya.

Tercatat, hingga saat ini sudah ada lebih dari 70 siswa binaan dari sekolah tersebut, yang  mana mayoritas masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Beberapa siswanya pun telah menyabet sejumlah prestasi di dalam maupun di luar sekolah mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...