Ekonom Waspadai Sinyal Perlambatan Ekonomi di Balik Surplus Dagang

Image title
Oleh Ekarina
25 Juni 2019, 06:00
Sinyal Perlambatan Ekonomi, Surplus Neraca Dagang, Penurunan Impor
Katadata
Ilustrasi kegiatan ekspor-impor.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Mei 2019 surplus US$210 juta. Meski demikian, ekonom justru mewaspadai sinyal perlambatan ekonomi di balik surplus tersebut akibat impor untuk kebutuhan industri yang menurun.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan surplus neraca dagang salah satunya disebabkan oleh menurunnya impor.  Namun, hal itu dikhawatirkan lantaran penurunan impor terjadi tanpa disertai peningkatan ekspor secara keseluruhan.

Advertisement

Menurut data BPS, Mei dibandingkan dengan April 2019, impor turun 5,62% menjadi US$ 14,53 miliar yang disebabkan oleh turunnya nilai impor migas dan nonmigas. Sementara secara tahunan (year on year), nilai impor turun 17,71% dan secara kumulatif (Januari–Mei 2019) impor turun 9,29%. 

(Baca: Neraca Perdagangan Surplus US$ 210 juta, IHSG Malah Koreksi 0,49%)

Berdasarkan golongan penggunaan barang, secara bulanan (month to month)  impor bahan baku/penolong dan barang modal mencatat penurunan masing-masing 7,82% dan 1,76%, sedangkan impor barang konsumsi masih naik 5,62% menjelang Lebaran.

Sementara secara kumulatif, pada Januari-Mei 2019 seluruh impor barang konsumsi, bahan baku dan bahan modal turun masing-masing sebesar 9,23%, 11,1% dan 7,41% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun impor bahan baku berperan 74,76% terhadap keseluruhan impor, diikuti barang modal 16% dan barang konsumsi 9%. 

"Ini yang dikhawatirkan bisa menjadi sinyal perlambatan ekonomi. Sebab lebih 80% impor berasal dari bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan industri," katanya kepada katadata.co.id, Senin (24/6).

Dengan demikian dia khawatir, penurunan impor ikut mengindikasikan perlambatan industri atau produksi. Kekhawatiran juga semakin menguat lantaran ekspor belum menunjukkan perbaikan akibat tertekan dampak perang dagang. BPS mencatat, ekspor Mei 2019 mengalami penurunan 8,99% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Demikian juga secara kumulatif (Januari–Mei 2019) dimana ekspor masih melemah 8,61% menjadi US$68,46 miliar, kendati ekspor Mei dibanding April meningkat 12,42%. "Selama perang dagang berlangsung, ekspor sepertinya tidak ada harapan (tumbuh)," katanya.

(Baca: Di Atas Prediksi, BPS Catat Neraca Dagang Mei Surplus US$ 210 Juta)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement