Produktivitas Jagung Indonesia Tertinggal dari Thailand dan Tiongkok

Michael Reily
18 Januari 2019, 05:00
Jagung
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Petani memanen jagung di Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (18/12). Kementerian Pertanian memastikan mulai 2017 pemerintah sudah menutup impor jagung, khususnya untuk kebutuhan baku industri pakan ternak, karena sudah tercukupi dari produksi lokal yang pada 2016 ini diperkirakan mencapai sekitar 21 juta ton.

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengungkapkan produktivitas jagung Indonesia masih tertinggal daripada negara produsen lain. Pemerintah diminta  mendorong peningkatan produktivitas jagung nasional melalui beberapa program.

Data United States Department of Agriculture (USDA), menujukan dari 2008/2009 hingga 2017/2018, rata-rata produktivitas jagung di Indonesia hanya 2,81 ton per hektare.

Advertisement

Produktivitas itu lebih kecil daripada Thailand yang sebesar 4,28 ton per hektar, Brazil 4,85 ton per hektare, serta Tiongkok yang sebesar 5,76 ton per hektare.

(Baca: Kemendag Buka Izin Impor 440 Ribu Ton Jagung untuk Kebutuhan Industri)

Peneliti CIPS Assyfa Szami Ilman menyatakan cuaca menjadi salah satui faktor penentu  produksi jagung. "Cuaca buruk bisa menyebabkan musim tanam  tertunda sehingga pertumbuhan jagung tak optimal," kata Assyfa dalam keterangan resmi, Kamis (17/1).

Dia menyarankan pemerintah segera mengevaluasi program Upaya Khusus (UPSUS) sejak 2015 dengan menghentikan pemberian benih jagung hibrida untuk daerah-daerah yang sudah memiliki pasar jagung kuat. Sebab, daerah itu umumnya memiliki petani jagung yang lebih suka menggunakan benih jagung hibrida nonsubdisi karena kualitasnya lebih tinggi daripada benih UPSUS.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement