Produktivitas Rendah, Indonesia Terancam jadi Importir Kopi

Michael Reily
8 Agustus 2018, 20:05
Kopi Gayo
Donang Wahyu | KATADATA
Kopi Gayo KATADATA | Donang Wahyu

Indonesia berpotensi menjadi importir kopi. Hal tersebut salah satunya dipicu oleh rendahnya  produktivitas kopi serta luas kebun kopi petani yang masih minim.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan konsumsi kopi nasional melonjak cukup pesat dalam 5 tahun terakhir. Mengacu pada data Kemenko Perekonomian, rata-rata konsumsi kopi tumbuh 8,8% per tahun, namun tidak diimbangi dengan pertumbuhan produksi kopi yang justru mencatat negatif  atau minus 0,3% per tahun.

“Apabila kita tidak mengantisipasi dan mengatasi masalah ini, tidak menutup kemungkinan dalam 2-3 tahun, Indonesia dapat menjadi importir kopi,” kata Darmin dalam keterangan resmi, Rabu (8/8).

(Baca : Produksi Terkendala Cuaca, Impor Kopi Meningkat)

Karena itu menurutnya, perrlu sebuah langkah strategis dan prospektif dalam menghadapi persoalan sektor perkopian nasional. Salah satu yang menurutnya perlu menjadi fokus, yaitu terkait masih minimnya luasan kebun kopi petani.

Menurut catatannya, kebun kopi yang dikelola setiap keluarga petani masih mencapai 0,71 hektare per keluarga untuk jenis robusta dan 0,6 hektare per keluarga untuk jenis arabika.

Padahal, luasan kebun yang ideal untuk setiap keluarga petani adalah 2,7 hektare setiap keluarga. Selain itu, produktivitas kopi petani pun menurutnya masih relatif rendah, yakni 0,53 ton per hektare dari total potensi 2 ton per hektare untuk kopi robusta dan 0,55 ton per hektare dari total potensi 1,5 ton untuk kopi arabika.

Indonesia sebagai negara produsen utama kopi dunia punya posisi strategis di tingkat nasional dan global. Alasannya, Indonesia memiliki 21 jenis kopi yang dikategorikan sebagai coffee speciality  yang mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografi (IG) sebagai produk berkualitas dan spesifik. 

Menurutnya, eksotisme kopi berdampak pada laju konsumsi kopi di dunia. Sebab, selain dikonsumsi sebagai minuman, kopi juga telah menjelma sebagai sebuah gaya hidup.

“Kopi tidak hanya dikonsumsi oleh negara-negara maju seperti zaman dahulu. Bahkan, kopi dikonsumsi bukan hanya sebagai minuman penyegar, tetapi kini sebagai sebuah gaya hidup,” ujar Darmin. 

Perubahan konsumsi kopi sebagai gaya  hidup juga meningkatkan angka konsumsi. Namun, di sisi pasokan justru menurun. Menurut coffee market report International Coffee Organization (ICO), komoditas kopi global mengalami defisit sebesar 1,36 juta karung pada 2017.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...