Ekspor Lesu, Kemendag Minta Eksportir Tingkatkan Produk Nilai Tambah

Michael Reily
7 Agustus 2018, 19:07
Pelabuhan Ekspor
Arief Kamaludin|KATADATA

Neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit sebesar US$ 1,02 miliar pada semester pertama 2018. Kementerian Perdagangan pertanyakan kinerja eksportir karena aktivitas ekspornya kalah dibanding impor. 

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyatakan kinerja ekspor Indonesia sepanjang semester I 2018 kurang menggairahkan. Menurutnya,  neraca dagang Indonesia hanya surplus dua kali dalam enam bulan pertama 2018, sisanya defisit. Adapun pada Juli 2018, neraca dagang juga diperkirakan kembali defisit.

“Bapak ibu eksportir ke mana saja? apa masalahnya sehingga ekspor sampai kedodoran dengan impor?” kata Oke di Jakarta, Selasa (7/8).

(Baca : Ini Penyebab Ekonomi Tumbuh Tinggi Meski Investasi dan Ekspor Melemah)

Oke menyebut, pihaknya telah mengidentifikasi  permasalahan ekspor yang masih dialami Indonesia, salah satunya karena ekspor Indonesia masih mengandalkan komoditas bahan baku atau bahan primer. Sehingga, neraca perdagangan masih terpengaruh oleh harga komoditas, bukan nilai tambah industri manufaktur.

Sementara itu, negara lain justru umunya memiliki permintaan yang berbeda. Menurut catatannya,  struktur permintaan pasar dunia saat ini,  sekitar 81% menginginkan produk manufaktur dan 19% produk primer atau bahan baku. 

Saat ini, struktur produk ekspor Indonesia untuk komoditas bahan baku dengan produk manufaktur persentasenya hampir seimbang, yaitu 47% berbanding 53%. Dibandingkan dengan Vietnam, ekspor negara tersebut lebih unggul selain karena telah berbasis komoditas manufaktur,  Vietnam juga telah melengkapi ekspornya dengan produk berbasis high-skill and technology intensity.

“Karenanya, kami akan mendorong industri agar lebih berorientasi ekspor . Salah satunya dengan meningkatkan ekspor barang bernilai tambah tinggi,” kata Oke.

Sementara itu, perubahan mekanisme impor  yang menjadi lebih mudah juga disebut Oke bisa saja menjadi penyebab lain melebarnya defisit. 

Relaksasi tata niaga impor juga menurutnya bisa menyebabkan melebarnya defisit neraca dagang, salah satunya seperti kebijakan pelarangan dan pembatasan (lartas) border dan post-border. 

(Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 5,27%, Tertinggi Selama Periode Jokowi)

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...