Dianggap Krusial, Pengusaha Minta Bea Masuk Sawit ke India Diturunkan

Michael Reily
30 Mei 2018, 20:40
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya di Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meminta pemerintah terus melobi India untuk menurunkan bea masuk impor  minyak kelapa sawit. Kenaikan bea masuk yang mencapai 45% untuk produk sawit dan 54% untuk produk turunannya dianggap terlalu tinggi dan diskriminatif.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Keberlanjutan Gapki Togar Sitanggang menjelaskan India merupakan pasar ekspor sawit terbesar. “Pasar mengikuti jumlah penduduk yang besar, apalagi India tidak mempunyai produksi minyak nabati,” kata Togar di Jakarta, Rabu (30/5).

Advertisement

Kenaikan bea masuk sawit merupakan yang ketiga,  setelah pada 2017  India telah menaikan bea masuk impor sebanyak dua kali dengan menyertakan bahan bakar nabati lainnya seperti kedelai dan bunga matahari. Namun,  untuk kenaikan yang ketiga hanya menyasar untuk komoditas sawit dan tidak menyertakan dua minyak nabati lainnya, sehingga hal tersebut dianggap diskriminatif. 

(Baca : Jokowi Lobi PM India Tinjau Ulang Bea Masuk Sawit Indonesia)

Oleh karena itu, Togar berharap perlakuan pengenaan bea masuk sawit setidaknya bisa disamakan dengan dua bahan bakar nabati lainnya. 

Kenaikan tarif impor sawit India memberatkan eksportir sawit dan berpotensi menyebabkan  ekspor sawit ke India  turun signifikan, seperti yang  tampak pada  April dan Mei 2018. “Kami prediksi  (ekspor sawit) menurun kurang dari 10%,” ujar Togar.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement