Dianggap Krusial, Pengusaha Minta Bea Masuk Sawit ke India Diturunkan
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meminta pemerintah terus melobi India untuk menurunkan bea masuk impor minyak kelapa sawit. Kenaikan bea masuk yang mencapai 45% untuk produk sawit dan 54% untuk produk turunannya dianggap terlalu tinggi dan diskriminatif.
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Keberlanjutan Gapki Togar Sitanggang menjelaskan India merupakan pasar ekspor sawit terbesar. “Pasar mengikuti jumlah penduduk yang besar, apalagi India tidak mempunyai produksi minyak nabati,” kata Togar di Jakarta, Rabu (30/5).
Kenaikan bea masuk sawit merupakan yang ketiga, setelah pada 2017 India telah menaikan bea masuk impor sebanyak dua kali dengan menyertakan bahan bakar nabati lainnya seperti kedelai dan bunga matahari. Namun, untuk kenaikan yang ketiga hanya menyasar untuk komoditas sawit dan tidak menyertakan dua minyak nabati lainnya, sehingga hal tersebut dianggap diskriminatif.
(Baca : Jokowi Lobi PM India Tinjau Ulang Bea Masuk Sawit Indonesia)
Oleh karena itu, Togar berharap perlakuan pengenaan bea masuk sawit setidaknya bisa disamakan dengan dua bahan bakar nabati lainnya.
Kenaikan tarif impor sawit India memberatkan eksportir sawit dan berpotensi menyebabkan ekspor sawit ke India turun signifikan, seperti yang tampak pada April dan Mei 2018. “Kami prediksi (ekspor sawit) menurun kurang dari 10%,” ujar Togar.