Mendag Ungkap Alasan Pemberian Izin Impor 1 Juta Ton Beras

Michael Reily
24 Mei 2018, 21:04
Beras bulog
ANTARA FOTO/Rahmad
Tumpukan beras di Gudang Bulog di Lhokseumawe, Aceh, 31 Januari 2018.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita akhirnya memberikan penjelasan mengenai kronologis di balik keputusan izin impor beras sejumlah total 1 juta ton sepanjang 2018. Enggar mengatakan, keputusan impor dilakukan berdasarkan perhitungan ketersediaan suplai produksi beras dari petani.

Argumen itu mematahkan pernyataan Direktur Utama Bulog Budi Waseso dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman bersikeras menolak impor.

Enggar mengatakan, kebijakan impor beras diputuskan berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) pada Februari 2018. Rapat kala itu dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan dihadiri Menteri Pertanian Amran Sulaiman, pihak Kementerian BUMN, dan Direktur Utama Bulog saat itu, Djarot Kusumayakti.

Menurutnya keputusan impor itu diambil lantaran melihat stok beras di gudang beras yang mulai menipis, sementara tingkat kebutuhan diprediksi terus meningkat. “Kebijakan diputuskan karena suplai beras yang kurang,” kata Enggar di Jakarta, Kamis (24/5).

Per 23 Mei 2018, stok beras di gudang Bulog tercatat sekitar 1,3 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebesar 791.911 ton merupakan serapan beras milik petani, sedangkan 532.526 ton merupakan kontribusi dari beras impor.

(Baca : Simpang Siur Data Impor Satu Juta Ton Beras di Kabinet Jokowi)

Sementara menurut catatan Bulog, per Januari-Mei 2017 total penyerapan beras Bulog telah sebesar 1,1 juta ton, sedangkan pada periode yang sama 2016 jumlah angka serapan juga telah mencapai 1,3 juta ton.

Jumlah penyerapan beras petani yang tidak sampai 1 juta ton di tahun ini juga yang menjadi alasan utama impor harus dilakukan. Pasalnya, stok beras yang ada di gudang Bulog menjadi faktor psikologis mengontrol harga beras di tingkat konsumen.

Enggar pun mempertanyakan sikap Budi Waseso dan Amran Sulaiman yang menentang impor. Pasalnya, Bulog hanya bertugas melaksanakan keputusan Rakortas. “Kalau tidak mau impor ke depan ya silakan, sekarang keputusan bersama,” ujarnya.

Sementara itu, untuk menuntaskan masalah perbedaan data komoditas pangan yang kerap dituding menjadi biang keladi di balik keputusan impor, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan tengah menyelesaikan metode Kerangka Sampel Area (KSA) untuk menghitung data produksi. Rencananya, KSA akan dirilis pada Agustus 2018.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...