Atasi Hambatan Ekspor,Gapki Minta Pemerintah Perkuat Perjanjian Dagang

Michael Reily
8 Mei 2018, 19:40
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya di Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meminta  pemerintah memperkuat perjanjian perdagangan dan penyamaan sertifikasi keberlanjutan komoditas minyak kelapa sawit dan turunannya. Langkah itu diperlukan untuk  mengatasi hambatan ekspor komoditas kelapa sawit Indonesia di pasar dunia.  

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono meminta pemerintah lebih gencar melakukan perundingan guna menghasilkan keputusan yang konkret.  Pasalnya sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia, yang mana 70% dari hasil produksi dialokasikan ke pasar ekspor dan diandalkan sebagai salah satu sumber devisa.

“Perlu penguatan jaminan dalam bentuk perjanjian perdagangan supaya tidak ada lagi nantinya diskriminasi komoditas,” kata Joko di Jakarta, Selasa (8/5).

(Baca : Pengusaha Minta Pemerintah Konsisten Melobi Sawit RI ke Pasar Dunia)

Ekspor sawit Indonesia  kerap  mendapat hambatan dari beberapa negara seperti  Amerika Serikat (AS),  India serta negara-negara kawasan Uni-Eropa melalui beberapa kebijakannya yang diskrimatif dibandingkan dengan beberapa komoditas penghasil minyak nabati lain. 

Dia menjelaskan, hambatan yang dilakukan AS, Uni-Eropa, dan India menyebabkan Indonesia mesti mengambil langkah untuk mendiversifikasi pasar ekspornya ke pasar nontradisional. Meski demikian, hal tersebut juga mengandung sejumlah resiko,  yang mana semakin banyak negara tujuan ekspor maka  bentuk kebijakan  pembatasan tiap negara semakin bervariasi.

Meski demikian permintaan minyak sawit tak pernah surut. Direktur Eksekutif Council of Palm Oil Producer Countries (CPOPC) Mahendra Siregar menyebutkan permintaan minyak nabati pada tahun 1991 sebanyak 83,5 juta ton dengan porsi sawit 14,2%. Sementara di tahun lalu, konsumsi minyak nabati bertambah mencapai 226,2 juta ton, dengan kontribusi minyak sawit sebesar 31,2%.

Pada 2020, permintaan minyak nabati diprediksi terusmeningkat atau mencapai sebesar 400 juta ton.“Peningkatan permintaan pasokan minyak nabati dunia terus cmeningkat, namun hanya sawit yang bisa memenuhi produktivitasnya,” ujarnya.

(Baca Juga : RI, Malaysia & Kolombia Kolaborasi Lobi Vatikan soal Larangan Sawit UE)

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...