Imbas PSBB, Produksi Manufaktur Turun Tajam Sepanjang Sejarah

Image title
Oleh Ekarina
5 Mei 2020, 16:10
Corona Seret Indeks Manufaktur RI ke Level Terendah Sepanjang Sejarah.
ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Pekerja menyelesaikan produksi kipas angin di pabrik peralatan elektronik rumah tangga. Indeks manufaktur Indonesia periode April turun tajam akibat pandemi corona.

Pandemi corona memberi pukulan berat terhadap sektor industri manufaktur dalam negeri. Banyaknya pabrik yang berhenti beroperasi selama pandemi dan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan produksi manufaktur menurun tajam pada bulan lalu. 

Survei IHS Market mencatat, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia periode April anjlok tajam ke level 27,5, lebih rendah dibanding Maret yang berada di posisi 45,3.

Anjloknya indeks manufaktur Indonesia sepanjang April lalu tercatat sebagai yang terendah sepanjang sejarah atau dalam sembilan tahun periode survei April 2011. Tak hanya itu, kinerja manufaktur Indonesia tercatat terendah di ASEAN, di bawah Myanmar dengan skor indeks sebesar 29,0 dan Singapura sebesar 29,3.

(Baca: Sri Mulyani Waspadai Aktivitas Manufaktur RI Turun Terdalam di Asia)

Kepala Ekonom IHS Market, Bernard Aw menyatakan aktivitas manufaktur Indonesia menurun tajam disebabkan maraknya pabrik yang tutup akibat pandemi Covid-19 serta menurunnya permintaan barang.

Hal ini mengakibatkan utilisasi produksi menurun signifikan yang diikuti oleh berkurangnya jumlah tenaga kerja. Di sisi lain, banyak pabrikan mengurangi aktivitas pembelian dan inventaris produksi.

Dari segi biaya produksi, produsen menanggung kenaikan kenaikan biaya cukup tinggi sebagai imbas melemahnya rupiah dan minimnya pasokan bahan baku.

Survei juga mencatat, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan di berbagai wilayah di Indonesia sangat membebani produsen karena banyak pabrik harus tutup sementara.

Indeks output atau hasil produksi pun anjlok ke posisi terendah, menunjukkan penurunan bulanan terbesar dalam sembilan tahun periode survei. Penurunan hasil produksi ini juga sejalan dengan total permintaan baru, yang mana sebagian disebabkan oleh jatuhnya ekspor.

"Penutupan pabrik dan aturan pembatasan sosial menyebabkan anjloknya produksi dan permintaan hingga berada pada tingkat terparah. Akibatnya, banyak terjadi PHK perusahaan secara luas," kata Bernard Aw dalam risetnya, Selasa (5/5).

Wabah corona telah berdampak signifikan terhadap sektor industri manufaktur di dalam negeri, salah satunya industri sepatu. Banyak dari pelaku industri padat karya ini disebut gulung tikar lantaran penjualannya turun tajam. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...