Kemendag Petakan Produk Andalan Ekspor Untuk Digenjot selama Pandemi
Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah mendorong ekspor produk Indonesia ke pasar global. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, upaya peningkatan ekspor dilakukan melalui strategi jangka pendek, menengah, dan panjang.
"Untuk jangka pendek, kami fokus pengembangan produk yang mengalami perkembangan positif selama pandemi, contohnya produk makanan dan minuman serta alat kesehatan," kata Agus dalam sebuah webinar, Rabu (22/7).
Kemudian dia juga memaparkan, produk yang mengalami pertumbuhan selama pandemi seperti produk pertanian, perikanan, dan agro industri. Sedangkan ekspor produk yang diperkirakan pulih pasca pandemi, seperti otomotif, tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, elektronik, dan besi baja juga akan tetap digenjot ke depan.
Agus juga menuturkan, di tengah Covid-19 beebrapa produk ekspor Indonesia juga mengalami peningkatan. Produk tersebut di antaranya seperti farmasi dan produk ekspor inovasi baru atau hasil relokasi industri dari negara lain.
Adapun, produk tersebut akan difokuskan kepada negara yang mulai pulih dari corona seperti Australia, Selandia Baru, Uni Eropa, Timur Tengah, Aljazair, Kanada dan Meksiko.
Guna mendorong ekspor tersebut, ia juga telah melakukan sejumlah relaksasi aturan, seperti Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 57 Tahun 2020 tentang Penghapusan larangan ekspor bahan baku masker, antiseptik & APD.
Kemudian, ia juga memberikan kemudaan ekspor Indoensia ke Uni Eropa melalui sertifikasi mandiri pada implementasi Registered Exporter System (REX) GSP melalui e-SKA.
Kemendag mencatat selama Januari-Juni 2020, total ekspor perdagangan mencapai US$76,41 miliar. Ekspor produk non migas mencapai US$ 72,43 miliar.
Hingga semester I 2020, Kemendag mencatat ada enam produk ekspor unggulan non-migas meliputi lemak dan minyak hewan nabati sebesar 12,34% dari total ekspor non migas, kemudian besi dan baja sebanyak 6,28%, logam mulia dan perhiasan 6,01%, mesin dan perelngkapan elektronik 5,60%, kendaraan dan komponennya 3,91%, karet dan produk karet 3,52%.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan, peningkatan ekspor perlu didukung dengan fasilitas pembiayaan. Dukungan tersebut menurutnya bisa berasal dari pinjaman dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
"Kalau teman-teman diaspora menghimpun barang dari Indonesia yang dijamin bisa laku, tentu kami bisa diberikan ekspor kredit," ujar dia.
Benny pun memastikan, para eksportir selalu menggandeng atase perdagangan dan diaspora di negara tujuan ekspor. Kerja sama dilakukan untuk mengetahui harga produk Indonesia di negara tujuan setelah dikenakan pajak.
Dengan informasi tersebut, pengusaha dapat mengetahui harga produk yang tepat sehingga bisa bersaing di negara tujuan ekspor.
Penulis/Reporter: Rizky Alika