Tertekan Daya Beli, Bisnis Retail Kuartal II Diramal Tumbuh Minus 3%

Image title
5 Agustus 2020, 05:00
Daya Beli Melemah, Pertumbuhan Industri Retail Diramal -3% Kuartal II.
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.
Pengunjung melintas di depan salah satu toko saat hari pertama pembukaan kembali pusat perbelanjaan di Paris Van Java mall, Bandung. Pertumbuhan industri retail diprediksi terkontraksi minus 3% di kuartal II.

Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) memperkirakan pertumbuhan industri retail sepanjang kuartal kedua 2020 terkontraksi minus 2,5 hingga 3 % dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat akibat pandemi corona. 

Adapun pada triwulan pertama, industri retail masih tumbuh sekitar 2,7%. Sedangkan pada semester satu, pertumbuhan industri diperkirakan bisa mencapai 1%.

Advertisement

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan, kinerja industri retail sangat bergantung pada kemampuan daya beli masyarakat. Sementara itu, selama pandemi corona, banyak sektor usaha lesu hingga merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Alhasil, banyak masyarakat kehilangan penghasilan. Di sisi lain, banyak pula masyarakat yang menahan belanja atau hanya memenuhi kebutuhan pokok saja.

Indikasi pelemahan daya beli pun tercermin dari tingkat inflasi pada bulan Mei dan Juni sebesar 0,78% dan 0,82%. "Kalau inflasi rendah itu bukan semata-mata karena harga barangnya turun tapi karena memang permintaannya tidak ada," kata Roy kepada Katadata.co.id, Selasa (4/8).

Pemasukan industri retail pun sedikit tertekan akibat timbulnya biaya tambahan untuk menjalankan protokol kesehatan di pertokoan. Dengan omzet yang hanya tersisa 30-35% akhirnya mengikis pendapatan perusahaan.

Belum lagi dengan adanya kenaikan BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan serta tidak adanya subsidi listrik yang dialokasikan bagi pengusaha retail. "Bahkan kredit komersial yang dipergunakan oleh beberapa anggota kami itu belum mendapatkan relaksasi," kata Roy.

Saat ini, beberapa anggota Aprindo masih menanggung kredit perbankan dengan  bunga komersial sebesar 12-14%. Akibatnya, beberapa pengusaha retail memilih menutup sementara gerainya hingga kondisi keuangannya kembali stabil lantaran tak mampu menanggung biaya operasional. "Tapi kalau yang sudah dipailitkan atau mendeklarasikan pailit belum ada," kata Roy. 

Oleh sebab itu, dia berharap pemerintah segera mempercepat penyaluran bantuan stimulus untuk menggerakkan konsumsi masyarakat. Pasalnya, penyaluran beberapa bantuan sosial maupun bantuan langsung tunai (BLT) dinilai masih sangat lambat.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement