Pelni Kaji Tarif Khusus Muatan Produk UMKM
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) mengkaji penetapan tarif khusus angkutan barang produk hasil usaha mikro kecil menengah (UMKM). Kebijakan ini untuk membantu menggeliatkan bisnis para pelaku usaha kecil di tengah pandemi Covid-19.
Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT Pelni Yahya Kuncoro menyatakan pihaknya berencana bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu memperluas distribusi produk UMKM.
"Melalui kerja sama ini, Pelni tengah menghitung pemberian tarif khusus angkutan barang bagi produk hasil UMKM," kata Yahya dalam keterangan tertulis di Batam, Rabu (12/8).
Kerja sama tersebut menurutnya akan dilakukan dalam waktu dekat. Dengan tarif khusus angkutan barang dan transportasi laut, perusahaan berharap bisa mendukung UMKM dalam memperluas jangkauan pemasaran barang.
"Angkutan logistik Pelni, baik yang menggunakan kapal penumpang maupun kapal barang dapat membantu pemasaran produk UMKM semakin luas dan terbuka," kata Yahya.
Pemberian tarif khusus tersebut akan diberikan kepada UMKM yang akan mengirimkan produknya ke kota-kota lain di Indonesia menggunakan jasa logistik Pelni.
"Kami memiliki 26 kapal penumpang dengan trayek nusantara dan mengoperasikan delapan kapal tol laut yang dapat mengangkut muatan produk UMKM di Tanah Air. Semoga pengenaan tarif khusus ini dapat menjadi angin segar bagi pelaku bisnis UMKM yang sedang terdampak COVID-19," kata dia.
Yahya menambahkan, pemberian tarif khusus, diharapkan UMKM bisa mendistribusikan barang dengan jangkauan yang lebih luas serta meningkatkan produktifitasnya agar produk dapat bersaing secara global.
Pandemi Covid-19 memukul perekonomian Indonesia, termasuk UMKM. Salah satu dampaknya terdapat dari penurunan penjualan yang hampir dirasakan oleh seluruh UMKM.
Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) menunjukkan, sebanyak 36,7%, responden mengakui tidak ada penjualan. Selanjutnya, sebanyak 26% responden mengakui terdapat penurunan lebih dari 60%. Di sisi lain, hanya 3,6% yang mengalami kenaikan penjualan.
Survei dilakukan terhadap 6.405 responden. Daerah responden meliputi lebih dari 50% di Jawa dan Bali, sisanya tersebar di seluruh Indonesia.