Studi: 90% Kopi Petani Rakyat Dibeli Pengumpul dan Dijual ke Pasar

Image title
13 Agustus 2020, 20:07
Studi YIDH: 90% Kopi Petani Rakyat Dibeli Pengumpul & Dijual ke Pasar.
ANTARA FOTO/Seno/pras.
Petani memetik kopi arabika di Desa Curahtatal, Arjasa, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (10/7/2020). Riset yayasan dagang hijau menunjukkan, 90% produksi petani dijual ke pasar melalui peran pengepul.

Studi Yayasan Inisiatif Dagang Hijau dan Enveritas mengungkapkan, 90% hasil kopi petani di Indonesia dibeli oleh para pengumpul. Tercatat, saat ini ada lebih dari  4.000 pengumpul yang dinilai berperan penting mendukung rantai pasok kopi berkelanjutan lantaran mampu mengantarkan produk petani ke pasar

Jumlah petani kopi yang tersebar di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai angka 1,34 juta orang. Petani kecil ini menghasilkan 99% produksi komoditas kopi.

Advertisement

Tren ertumbuhan produksi kopi sekitar 5,7% per tahun, yang mana terjadi peningkatan produksi di Sumatera terutama untuk jenis kopi robusta. Sedangkan di daerah lain, produksi cenderung stabil atau menurun.

Studi yang dilakukan di empat negara penghasil kopi yakni Indonesia, Vietnam, Uganda, dan Kolombia dari 2018 hingga 2020 ini pun memotret kemiripan peran para pengumpul.

Khusus di Indonesia, studi ini mengungkap adanya tiga jenis pengumpul, yaitu di tingkat desa, tingkat kabupaten/kota, dan agen. Ketiganya memberikan layanan yang serupa kepada petani, antara lain berupa pemberian pinjaman, penyediaan pupuk dan benih berkualitas, serta melakukan pelatihan.

Ketua Pengurus Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH), Fitrian Ardiansyah mengatakan, studi ini menunjukkan potensi nyata yang bisa digunakan untuk perbaikan tata kelola rantai pasok kopi Indonesia.

"Kami berharap semua pemangku kepentingan  dapat melihat peran strategis dari pelaku aktif perkopian di lapangan, termasuk kelompok pengumpul, untuk menjamin keberlanjutan rantai pasok dan menguntungkan semua pihak,” kata dikutip dari keterangan resmi, Kamis (13/4). 

Kopi merupakan salah satu komoditas Tanah Air yang sangat menjanjikan baik di pasar domestik maupun internasional. Sebanyak 99% produksi kopi Indonesia oleh kelompok petani kecil menghasilkan panen kopi jenis robusta dan arabika. 

Namun produktivitas komoditas kopi Indonesia masih di bawah Vietnam. Baik pengumopul maupun petani kopi saat ini menghadapi tantangan berupa turunnya harga komoditas kopi akibat pandemi global.

Alhasil, akses produk kopi ke beberapa pasar pun tergaggu karena pembatasan transportasi dan ikut berimbas pada menurunnya ekspor  ke luar negeri.  Adapun penurunan harga kopi arabika Indonesia saat ini juga disebabkan banyaknya pembatalan pesanan.

Ini tak lain karena banyak kedai kopi yang tutup atau jam operasionalnya dibatasi selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlaku.

Direktur Eksekutif Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI)Paramita Mentari Kesuma mengatakan, di Indonesia, pengumpul tidak hanya terlibat dalam jual-beli kopi dengan petani, tetapi juga mendukung akses agri-input, akses finansial dan sebagainya.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement