KPAI Kritik Pembukaan Sekolah Belum Disertai Sarana & Prosedur Jelas

Image title
27 Agustus 2020, 13:09
KPAI Kritik Pembukaan Sekolah Belum Disertai Sarana & Prosedur Jelas.
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj.
Guru mengajar pada hari pertama sekolah tatap muka di Madrasah Aliyah Negeri 1 Aceh Barat, Aceh, Senin (20/7/2020). KPAI kritik mengenai sekolah tatap muka lantaran masih banyak sekolah yang belum memiliki sarana dan menerapkan protokol kesehatan ketat.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengkritik pembukaan sekolah di zona kuning dan hijau lantaran masih ditemukan adanya panduan protokol kesehatan yang belum jelas bagi pembelajaran tatap muka. Hal tersebut dinilai sangat berisiko bagi penularan virus corona di kalangan siswa maupun guru.

Komisioner KPAI Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, kondisi tersebut kian diperparah dengan beberapa kendala pihak sekolah melengkapi sarana atau infrastruktur protokol kesehatan.

Advertisement

Sebab, infrastruktur yang dibangun menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) lebih banyak terserap untuk membiayai pulsa kuota internet bagi guru dan siswa.

"Protokol adaptasi kebiasaan baru masih minim, serta perlu pendampingan daerah dan pemerintah pusat. Sehingga perlu memastikan sekolah yang menggelar tatap muka mengisi daftar periksa," kata Retno dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (27/8).

Adanya kondisi tersebut menandakan ketidaksiapan sekolah untuk kembali membuka pembelajaran tatap muka. Ini sangat berpotensi menularkan virus.

Retno mencontohkan, salah satu kasus yang terjadi yakni pada salah satu sekolah swasta di Bekasi, Jawa Barat. Sekolah tersebut kembali menggelar pembelajaran tatap muka, namun harus ditutup tak lama berselang lantaran kepala sekolah dan stafnya positif terinfeksi corona.

Selain itu, ada pula kasus yang terjadi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di DKI Jakarta yang mendapatkan salah satu tenaga pengajarnya meninggal dunia terinfeksi corona setelah membuat video pembelajaran di sekolah.

"Bayangkan, sebelum dibuka saja sekolah sudah seperti itu, jadi kalau dibuka harus berhati-hati," kata dia.

Lebih lanjut, Retno menjelaskan hasil survei yang dilakukan KPAI pada Juni lalu terhadap 6.729 sekolah menunjukkan, 56,2% responden atau sekolah menyatakan sarana dan prasarana di sekolah sudah memadai, namun 43,8% belum memadai.

Wilayah survei mencakup seluruh Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebanyak 78%. Sedangkan di luar Jawa sebanyak 22% yang meliputi Sumatera Utara, Jambi, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Papua.

"Dari survei ini  46% sekolah memang memiliki tempat cuci tangan (wastafel) kurang dari lima buah, angka ini tentu saja cukup mengkhawatirkan," kata dia.

Secara rinci, hasil survei juga menyebutkan sekolah memiliki watafel kurang dari lima ada sekitar 32%, sekolah dengan lima hingga 10 wastefael sebanyak 10%. Sedangkan sekolah yang memiliki 10 - 15 wastefel dan lebih dari 20 wastafel hanya sebanyak 6%.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement