Dorong Konsumsi, Susu Diusulkan jadi Bahan Pokok Penting

Image title
Oleh Ekarina
31 Agustus 2020, 21:25
Dorong Konsumsi, Susu Diusulkan jadi Komoditas Bahan Pokok Penting.
ANTARA FOTO/DEDHEZ ANGGARA
Peternak menuangkan susu sapi perahan di kawasan peternakan sapi di desa Cisantana, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, Jumat (23/8/2019). Susu didorong masuk ke dalam komoditas bahan pokok penting.

Pelaku usaha dan akademisi mendorong pemerintah untuk memasukkan komoditas susu dalam kategori bahan pokok penting (bapokting). Hal ini selain untuk meningkatkan konsumsi susu, juga untuk mengatasi masalah stunting hingga memperbaiki harga jual susu produksi peternak rakyat.

Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam paparannya menjelaskan, tingkat konsumsi susu dan protein hewani masyarakat Indonesia masih cukup rendah  di antara negara lain di ASEAN.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 mencatat, rata-rata konsumsi Indonesia masih  mencapai 16,5 liter per tahun, jauh di bawah Brunei Darussalam di posisi pertama dengan 129,1 liter, Malaysia 50,9 liter per tahun dan Singapura 46,1 liter per tahun. Indonesia juga masih berada di bawah Vietnam dan Filipina dengan 20,1 liter dan 17,8 liter per tahun.

Konsumsi susu segar dalam negeri (SSDN), mayoritas berasal dari sapi. Namun ada pula dari ternak perah lainnya (kambing, kuda, kerbau).

Permintaan konsumsi susu sapi perah diperkirakan naik 11,73%, sedangkan pertumbuhan produksi SSDN hampir selalu stagnan di kisaran 6%. Alhasil, untuk menutup peningkatan permintaan didapat dari impor.

"Impor susu ini sebenarnya tak masalah, selama diimbangi dengan ekspor. Artinya susu digunakan sebagai bahan baku produk untuk kemudian di ekspor. Namun, dari data yang ada, impor kecenderungannya untuk memenuhi konsumsi," kata Epi dalam webinar Pusat Kajian Pertanian dan Advokasi, Senin (31/8).

Berdasarkan proyeksi kebutuhan dengan bahan baku industri pada 2024 diperkirakan mencapai 6,77 miliar liter. Sedangka  produksi susu sapi dalam negeri (SSDN) hanya mencapai 1,88 miliar liter.  Alhasil, ada selisih 5,58 miliar liter susu yang didapat dari impor.

"Perhitungan menunjukkan,angka konsumsi, yang juga berarti bahan baku untuk industri pengolahan susu (IPS) belum dapat dipenuhi dari dalam negeri sekalipun SSDN berasal dari semua ternak perah," ujarnya.

Padahal, saat ini ada sekitar 143 ribu peternak sapi perah rakyat. Tata niaga persusuan pun melibatkan banyak pemain dan memberikan kesempatan penciptaan lapangan kerja serta penghasilan harian.

Demikian pula di hilir, yang mana gaya hidup masyarakat telah mendorong pemanfaatan susu segar kini bisa diolah untuk berbagai makanan minuman.

Dari aspek gizi, di Indonesia 3 dari 10 anak di bawah 5 tahun mengalami stunting. Lalu 2 juta anak dibawah 5 tahun malnutrisi dan 20% mengalami obesitas. Sehingga, protein susu menjadi kunci mengatasi stunting dan mal nutrisi. Sebab, 90% susu terserap oleh tubuh di usus halus (biological value).

"Jika pemerintah serius untuk tingkatkan SDM, harusnya kembangkan produksi dan tingkatkan konsumsi susu. Kalau bisa jadi bahan pokok penting. Serius alokasikan anggaran," katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...