Ketidakpastian Mereda, Pengusaha Prediksi Ekonomi Membaik Tahun Depan

Image title
Oleh Ekarina
18 Oktober 2020, 18:35
Kadin, Vaksin Virus Corona, Pertumbuhan Ekonomi, Covid-19, Pengusaha, Virus Corona.
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
Pekerja menyelesaikan pembuatan masker berbahan kain batik di Butik Elemwe, Rawamangun, Jakarta, Jumat (2/10/2020). Dalam sehari industri rumahan tersebut mampu memproduksi 300 buah masker kain batik dengan harga jual Rp28 ribu hingga Rp35 ribu per buah. Kadin memprediksi kondisi ekonomi membaik di 2021.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi perekonomian nasional mulai membaik pada tahun depan. Hal tersebut sejalan dengan adanya perkembangan ketersediaan vaksin virus corona sehingga mereduksi ketidakpastian usaha. 

"Ke depannya, kalau saya melihatnya pada 2021 perekonomian akan semakin membaik," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani dalam acara Survei Nasional: Mitigasi Dampak COVID-19 di Jakarta, Minggu (18/10). 

Advertisement

Kendati pulih bertahap, ketersediaan vaksin diharapkan bisa membantu pengusaha. Pasalnya, faktor ketidakpastian menjadi musuh utama pengusaha dalam merencanakan dan menjalankan bisnisnya. 

Seperti diketahui pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 5,2%. Sedangkan, pada kuartal III Kadin memprediksi pertumbuhan ekonomi bakal mencapai antara -2 sampai -3%. Namun, pada kuartal IV 2020 kontraksi pertumbuhan ekonomi diprediksi sedikit membaik.  

Menurut Rosan, pada kuartal II 2020, perekonomian Indonesia sudah menyentuh level terendah. Situasi ini juga membuat para pelaku usaha dalam posisi bertahan.

Untuk bertahan, pelaku usaha melakukan perputaran bisnis sekitar 40-50%. Sedangkan pengusaha lain bertahan dengan cara efisiensi di segala lini. 

"Namun, kami ingatkan juga agar tak hanya mendorong sisi suplainya. Padahal, untuk membangkitkan perekonomian, sisi permintaan juga memiliki tantangan mengingat aspek permintaan berhubungan dengan ketidakpastian, kenyamanan, dan proyeksi," ujarnya.

Maka dari itu, dia pun mendorong pemerintah menggencarkan bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai (BLT) guna meningkatkan permintaan.

Sebab, peningkatan dari suplainya saja tak akan memberikan hasil optimal bila tak dibarengi dengan peningkatan permintaan. 

Stimulus Pendongkrak Daya Beli

Pemerintah telah menggelontorkan beragam bantuan sosial dengan anggaran mencapai ratusan triliun dalam program pemulihan ekonomi nasional. Namun, daya beli masyarakat tak kunjung meningkat tercermin dari deflasi yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut pada Juli-September 2020.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement