Ekspansi Manufaktur Belum Optimal, Pengusaha Harap Ada Insentif

Image title
2 Desember 2020, 19:57
Pandemi Covid-19, PMI, Industri, Manufaktur, Ekspor, Tekstil, Makanan Minuman
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Ilustrasi pekerja industri tekstil. Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), permintaan produk tekstil di pasar ekspor dan dalam negeri mulai menggeliat.

Purchasing Managers Index (PMI) industri manufaktur Indonesia naik ke posisi 50,6 pada November 2020 atau  kembali menyentuh level ekspansif, dari 47,8 pada Oktober 2020. Meski demikian, pengusaha menilai capaian ini belum sepenuhnya stabil, sehingga masih diperlukan dukungan insentif untuk mendorong konsumsi masyarakat dan pertumbuhan secara berkelanjutan.

Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, tren positif produksi industri manufaktur merupakan respons pemulihan ekonomi global di masa normal baru serta permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru. 

Advertisement

Permintaan ekspor, khususnya untuk pasar pakaian jadi sudah mulai tumbuh, setelah sempat menurun di bawah kapasitas. Meski demikian, demikian dia berharap bisa terjadi peningkatan secara berkelanjutan baik di luar maupun pasar dalam negeri.

Caranya, dengan mendorong daya beli melalui insentif ataupun program bantuan sosial bagi korban PHK dan masyarakat miskin. Di samping itu, pemerintah diharapkan segera mendistribusikan vaksin untuk mengendalikan kasus Covid-19.

“Untuk pasar dalam negeri bantuan tunai bagi masyarakat kurang mampu sangat dinantikan. Peningkatan PMI di bulan ini belum bisa dipastikan ke depan apakah akan terus meningkat, kecuali kalau Covid bisa terkendali," kata Ade kepada katadata.co.id, Rabu, (2/12). 

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Adhi S. Lukman mengatakan, pendorong kenaikan indeks manufaktur sejalan dengan kegiatan acara yang mulai banyak diselenggarakan.

Sebagian masyarakat kelas atas sudah mulai berani berbelanja sehingga meningkatkan konsumsi. Belanja pemerintah dan realisasi anggaran turut menjadi pemicu kenaikan PMI.

Selain itu, penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, Natal serta Tahun Baru turut mendorong peningkatan kinerja manufaktur menjelang akhir tahun lantaran konsumsi masyarakat umumnya tinggi saat momentum tersebut. Sehingga, hal ini memicu peningkatan dibanding bulan sebelumnya. 

Karena itu dia memperkirakan, kinerja industri manufaktur khususnya sektor makanan dan minuman akan meningkat hingga periode Desember.

“Perkiraan saya sampai Desember, industri makanan minuman akan tumbuh 2% - 3% secara tahunan,” ujar Adhi kepada katadata.co.id Rabu, (2/12).

Untuk diketahui, pada kuartal II industri makanan dan minuman tumbuh 0,22% di tengah kontraksi ekonomi -5,32% dan pengetatan mobilitas masyarakat akibat PSBB.

Sedangkan pada kuartal I 2020, industri makanan minuman tumbuh 3,9%, di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Secara tahunan, pertumbuhan industri makanan dan minuman berada  di kisaran 7% sampai 9%. Pada 2019, pertumbuhan industri ini bisa mencapai 7,9%.

Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement