Cuti Bersama Dikurangi, Pengusaha Hotel Cemas Tamu Batalkan Reservasi

Image title
3 Desember 2020, 07:00
Cuti Bersama, Perhotelan, Pengusaha, Pandemi corona, Covid-19.
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas menyiapkan fasilitas ruangan di salah satu hotel Oyo Townhouse Kawasan Jakarta Pusat, Jumat (18/9/2020).

Pengusaha perhotelan mengaku khawatir, pemangkasan cuti bersama akhir tahun menyebabkan pembatalan reservasi hotel melonjak. Padahal, pengusaha semula berharap cuti bersama bisa mendongrak okupansi dan pendapatan bisnis hotel yang selama ini lesu akibat pandemi Covid-19.

Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menjelaskan, pengurangan libur akhir tahun akan menimbulkan polemik bagi konsumen dan pengusaha hotel.

Advertisement

Berbagai kemungkinan menurutnya bisa terjadi dengan pengurangan hari libur ini, seperti, pembatalan reservasi hotel dan pengajuan kembali dana yang sudah dibayarkan (refund).

Berkaca pada Maret lalu, banyak terjadi pembatalan reservasi bertepatan dengan  awal mula kasus Covid-19 merebak di Indonesia. Berikutnya, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan oleh Pemprov DKI juga juga berdampak pada reservasi hotel.

Kini, dengan pengurangan jadwal libur bukan tidak mungkin menyebabkan pembatalan reservasi kembali terjadi. Ia pun khawatir, kepercayaan publik menurun akibat banyaknya yang kebijakan pemerintah yang berubah secara mendadak.

“Sedangkan di  sektor pariwisata, kegiatannya harus terencana, tidak bisa mendadak,” jelasnya.

Mekanisme refund pun menurutnya tak mudah dilakukan, lantaran proses harus melalui mekanisme beberapa pihak. “Masing-masing bisnis punya komitmen, jadi refund itu tidak mudah dibayangkan,” katanya.

Sebelumnya, Yusran memprediksi okupansi hotel pada bulan ini naik 10%. Prediksi ini mengacu pada libur Oktober, dimana okupansi saat itu tumbuh 5% - 6%. 

Namun, adanya pengurangan libur justru membuat industri pariwisata tidak menentu. “Kami belum bisa memprediksi okupansi bulan ini. Karena libur berkurang 4 hari, jadi tingkat okupansi bergantung pada pembatalan reservasi," ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, sejumlah pengusaha hotel dan penginapan mengatakan hingga kini belum menerima permintaan pembatalan pemesanan. 

Direktur PT Eastparc Hotel Tbk Wahyudi Eko Sutoro menyatakan, sampai saat ini pihaknya belum melihat dampak signifikan terkait pemotongan cuti bersama akhir tahun. Dia mencatat, pemangkasan libur hanya menyebabkan beberapa tamu melakukan penjadwalan ulang atau reschedule.

Oleh karena itu dia memperkirakan tingkat hunian hotelnya pada Desember bakal  mencapai 87,50% dari rata-rata okupansi saat ini yang mencapai 52%.“Namun okupansi ini lebih rendah dari Desember tahun lalu yang bisa mencapai 91,75%," ujar Eko kepada katadata.co.id Rabu, (2/11).

Secara rinci, Eko menyebut, tingkat hunian kamar Eastparc pada Oktober sebesar 73,20%. Sedangkan pada November mencapai 73,65%. Kenaikan ini menurutnya ditopang dari segmen Meeting, Incentive, Convencation dan Exhibition (MICE) dan family staycation.

Dengan realisasi ini, dia menargetkan pada tahun depan tingkat hunian kamar setidaknya bisa mencapai 65,50% hingga 75,50%.

Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement