Pengamat: RI Perlu Diversifikasi Impor, Cegah Lonjakan Harga Kedelai

Image title
5 Januari 2021, 09:32
Impor, Kedelai, Amerika Serikat, Perdagangan, Petani, Pasar
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Pekerja membuat tempe di sentra perajin tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin (4/1/2021). Harga kedelai impor naik tajam di pasaran membuat produsen tahu dan tempe kesulitan produksi.

Harga kedelai impor melonjak tinggi beberapa hari terakhir, membuat produsen tahu dan tempe setop beroperasi sementara. Pengamat menilai, pemerintah perlu mendiversifikasi negara pemasok, guna mencegah terjadinya kelangkaan pasokan yang menyebabkan harga kedelai melambung di pasar.

Harga kedelai global meningkat, akibat lonjakan permintaan kedelai dari Tiongkok ke Amerika Serikat sebagai produsen kedelai terbesar di dunia.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto mengatakan, pada Desember 2020 permintaan kedelai Tiongkok naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah. Tingginya permintaan kedelai dari Tiongkok itu mengakibatkan hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia dan harga jual melonjak.

Pada Desember 2020, harga kedelai impor naik menjadi sekitar Rp 7.000 per kilogram (kg) dari yang sebelumnya hanya di kisaran Rp 9.200 per kg. Situasi ini membuat pelaku usaha menjerit lantaran biaya produksi melonjak dan kenaikan harga jual tak terhindarkan. 

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy menyatakan, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah untuk mencegah kembali terjadinya lonjakan harga.

Koordinasi pemerintah dengan asosiasi pengusaha kedelai perlu dimaksimalkan untuk memastikan ketersediaan di lapangan dan mendeteksi lebih awal bila terjadi sinyal kenaikan harga.

“Untuk menjaga stabilitas pasokan kedelai di dalam negeri, pemerintah perlu mencari diversifikasi negara importir selain Amerika. Ini menjadi kebijakan yang perlu diperhatikan,” kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Senin (4/1).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Amerika Serikat (AS) merupakan importir kedelai terbesar Indonesia. Pada 2019, impor komoditas ini mencapai 2,51 juta ton diikuti Kanada sebanyak 128 ribu ton dan Malaysia sekitar 8 ribu ton. 

UPAYA PERAJIN TEMPE UNTUK MENGATASI KERUGIAN
UPAYA PERAJIN TEMPE UNTUK MENGATASI KERUGIAN (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.)

Tak bisa dipungkiri, Indonesia masih bergantung pada impor kedelai. Ini dikarenakan produktivitas kedelai yang lebih rendah dibandingkan permintaan. 

Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...