Pengusaha Dibayangi Kerugian Imbas PSBB Ketat Jawa-Bali

Image title
8 Januari 2021, 11:47
Retail, Mal atau Pusat Belanja, PSBB, Pandemi Corona, Covid-19, Pengusaha, Gerakan 3M.
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pramuniaga beristirahat di depan kios pedagang yang tutup di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (6/11/2020). Pelaku usaha mengkhawatirkan pembatasan ketat Jawa-Bali akan semakin menambah kerugian bisnis.

Pemerintah bakal menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa-Bali pada 11-25 Januari 2021 untuk menekan penyebaran Covid-19. Kebijakan ini kembali dikeluhkan pengusaha karena harus menghadapi sejumlah konsekuensi yang berakibat pada menurunnya pendapatan dan potensi kerugian.

Pengusaha bioskop, salah satunya. Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengaku lelah harus buka-tutup  dengan aturan pemerintah yang kerap berubah. Hal ini menurutnya menyulitkan dan memberi ketidakpastian dalam menjalankan bisnis.

Advertisement

Seperti diketahui, operasional bioskop telah beberapa kali menghadapi kebijakan buka-tutup serta syarat pembatasan, selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan PSBB transisi. 

“Kami sudah lelah dengan banyaknya peraturan,” ujar Djonny saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (7/1).

Menurutnya, pendapatan bioskop sudah menurun sejak awal pandemi. Bila dihitung, kerugian pelaku usaha saat ini bisa mencapai Rp 30 juta per hari. 

Tak hanya itu, hingga kini masih ada 50% bioskop tidak beroperasi, lantaran omzetnya yang sangat minum, kurang dari Rp 1 juta per hari.

Di tengah pendapatan yang berkurang drastis, pelaku usaha masih harus menanggung biaya operasional, seperti listrik hingga gaji karyawan. Oleh sebab itu, pihaknya berharap ada bantuan dari pemerintah. 

Dengan situasi usaha saat ini, Djonny pun memperkirakan sektor usaha bioskop baru akan pulih tahun depan. Namun, pemulihan ini pun belum pasti lantaran masih menunggu efektifitas program vaksinasi. 

Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO) Solihin menyatakan industri retail menghadapi pukulan hebat selama pandemi, terutama department store. Kebijakan pemerintah yang sempat menutup operasional mal dan saat ini berlanjut dengan pembatasan jam operasional mempengaruhi bisnis ini.

Alhasil, pendapatan retail departement store tergerus hingga 80% karena menurunnya pengunjung mal dan produk yang dijual tergolong barang non-esensial. Meski demikian, peretail memasang berbagai strategi bisnis agar usahanya tetap bertahan dengan ekspansi ke online atau maketplace.  

Meski ada peningkatan transaksi, namun penjualan via online belum bisa menyamai seperti sebelum adanya pandemi. “Retail berusaha untuk mengikuti tuntutan saat ini. Karena itu kami meminta anggota bekerja keras dengan tetap meningkatkan layanan berbasis protokol kesehatan,” ujar Solihin kepada Katadata.co.id. 

Sementara Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey mengatakan pelaku usaha mendukung kebijakan pemerintah melakukan PPKM di wilayah Jawa-Bali untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Namun, dia berharap pemerintah  tidak membuat kebijakan yang dapat mematikan peretail, supplier hingga UMKM yang memasok produknya ke gerai retail atau mal. Terlebih toko retail dan mal bukan klaster penyebaran Covid-19.

Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila
Editor: Ekarina

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement