Lonjakan Kasus Covid-19 dan Tantangan Ekonomi Asia

Image title
Oleh Ekarina - Tim Publikasi Katadata
30 Juni 2021, 10:22
Lonjakan Kasus Covid-19 dan Tantangan Ekonomi Asia
Katadata

Kasus infeksi Covid-19 kembali meningkat di sejumlah negara Asia. Situasi ini diprediksi memberikan tantangan baru di tengah upaya pemulihan ekonomi di masa pandemi.

Laporan terbaru DBS berjudul Asia’s Covid Stumble and Fiscal Response menyebutkan, gelombang baru kasus Covid-19 telah mengganggu perekonomian sejumlah negara di Asia, khususnya akibat peningkatan biaya fiskal yang berada di atas rekor utang tahun 2020.

Lonjakan kasus Covid-19 di India yang mencapai lebih dari 6.371 kasus pada Mei 2021 menjadi sorotan utama, diikuti kenaikan di wilayah lain seperti di Malaysia, Filipina serta Thailand. Sedangkan Singapura dan Taiwan, meski angkanya lebih kecil dari negara lain, tapi jumlahnya bertambah signifikan bila dibandingkan catatan kasus yang pernah terjadi di kedua negara itu sebelumnya.

"Dengan vaksinasi yang sedang berlangsung, protokol kesehatan yang diikuti upaya menjalankan bisnis agar tetap beroperasi dengan aman, dampak ekonomi dari situasi yang sedang berlangsung seharusnya jauh lebih kecil daripada kontraksi yang terjadi tahun lalu," kata Chief Economist  Group Research DBS, Taimur Baig dikutip dari riset Macro Insights Weekly Asia’s Covid Stumble and Fiscal Response.

Namun, Taimur menggaris bawahi bahwa dampak tersebut tidak bisa dianggap sepele sehingga perlu didukung oleh kebijakan tambahan. Pandemi telah menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi terkena pajak serta kenaikan belanja publik untuk mendukung masyarakat dan kegiatan usaha, mengakibatkan kenaikan defisit dan utang pada tahun lalu.

Tren tersebut menurutnya tidak berkurang ataupun menghilang pada tahun ini. DBS melihat tiga kasus dan kebijakan yang ditempuh negara Asia Tenggara.

1. Thailand

Thailand dikabarkan berencana menambah utang senilai 500 miliar baht (3% dari PDB). Pemerintah negara ini mengusulkan mengalokasikan 300 miliar baht untuk membantu industri yang terkena dampak langsung Covid-19. Lalu 30 miliar baht untuk belanja medis dan vaksin untuk mengatasi wabah serta 170 miliar untuk langkah-langkah membantu meningkatkan permintaan atau konsumsi masyarakat.

Dengan adanya pinjaman baru tersebut, rasio utang publik terhadap produk domestik bruto Thailand diperkirakan naik menjadi 59%. Mengingat pembukaan sektor pariwisata dan agenda wisata sulit dilakukan, maka butuh dukungan lanjutan. Terlebih di negara ini jumlah penduduk yang divaksinasi baru mencapai kurang dari 3% populasi.

2. Malaysia

Lonjakan kasus Covid-19 beberapa waktu lalu membuat pemerintah Malaysia memberlakukan penguncian wilayah (lock down). Sejalan dengan kebijakan kesehatan dan penanganan pandemi, pemerintah Negeri Jiran sebelumnya telah meluncurkan paket stimulus senilai US$ 4,8 miliar (1,25 % dari PDB) pada Maret 2021. Ini merupakan paket keenam yang diluncurkan sejak awal pandemi Covid-19.

Paket tersebut terdiri dari 20 inisiatif strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mendukung bisnis, dan memperluas bantuan yang ditargetkan untuk masyarakat dan sektor yang terdampak.

“Ke depan, Malaysia masih banyak yang mesti dikerjakan, salah satunya upaya peningkatan vaksinasi dimana saat ini baru ada 2,5% dari populasi yang menerima dosis vaksin,” ujarnya.

3. Singapura

Singapura dalam keadaan waspada dan kembali memberlakukan pembatasan mobilitas, meskipun jumlah kasus Covid-19 di negara ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangganya. Dengan sepertiga dari populasi sudah berada di jalur vaksin, Singapura hanya meluncurkan paket dukungan sederhana (0,25% dari PDB) untuk meningkatkan subsidi upah dan memperluas bantuan sewa kepada pekerja dan bisnis yang terdampak. Penanganan pandemi dan kebijakan fiskal perlu berjalan beriringan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...