Strategi Kolaborasi Untuk Pendidikan Berkualitas di Daerah

Dicky Christanto W.D
Oleh Dicky Christanto W.D - Tim Publikasi Katadata
20 September 2021, 12:50
Strategi Kolaborasi Untuk Pendidikan Berkualitas di Daerah
Siaran Pers Kemendikbudristek
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nadiem Makarim sedang berbicara di hadapan sejumlah siswa.

Pandemi Covid-19 telah membuat banyak perubahan dalam kehidupan, termasuk aktivitas belajar mengajar yang harus dilakukan secara daring dan luring demi mencegah penyebaran virus.

Oleh karena itu, akses internet menjadi salah satu syarat utama yang dibutuhkan oleh masyarakat hingga ke pelosok desa. Memang, tidak semua sekolah dan desa atau kelurahan di Indonesia telah memiliki akses internet. Bahkan kebanyakan sekolah dan desa di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (daerah 3T) belum mempunyai akses internet.

Advertisement

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, dalam satu kunjungan awal tahun di Sorong, Papua Barat, menegaskan bahwa daerah 3T akan menjadi prioritas bagi kementeriannya. Dia juga memastikan bahwa bantuan alat teknologi informasi dan komunikasi akan diberikan, terutama untuk para siswa dan guru di daerah 3T.

Saat ini, terdapat 82.218 desa di Indonesia, ada 70.670 desa yang sudah mempunyai akses internet. Akan tetapi, masih tersisa 12.548 desa dan 150.000 titik layanan publik yang belum terjangkau internet sama sekali sehingga menjadi daerah blankspot alias titik kosong. Belum lagi adanya fakta bahwa 15.000 desa yang sudah dijangkau internet tapi kualitas koneksinya masih buruk.

Secara berbarengan, secara nasional, ada 19 persen satuan pendidikan yang kesulitan mendapatkan akses internet. Dari jumlah itu, ada 42.159 sekolah yang memang belum terakses internet. Sementara, 81 persen atau 175.356 sekolah yang sudah tersambung internet.

Permasalahan ini ternyata berhasil memantik banyak inisiatif baik dari berbagai elemen masyarakat di berbagai daerah. Di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, misalnya, tepatnya di SDN Cirangkong 1, Desa Cikeusal, Tasikmalaya, permasalahan buruknya koneksi internet masih terjadi ditambah adanya fakta bahwa hanya 20 persen dari jumlah siswa yang mempunyai telepon seluler, belum seluruhnya bersistem operasi android.

Pembelajaran tidak optimal dan juga membuata banyak orang tua murid mengeluh dengan beratnya biaya pulsa yang harus ditanggung.

Menanggapi hal itu, guru SDN Cirangkong 1, dibawah komando Kepala Sekolahnya, Elis Kurniati, berinisiatif membangun studio televisi amatir, supaya mampu membawa ruang kelas ke setiap rumah murid-muridnya. Elis beralasan, siaran televisi dipilih karena merupakan sarana elektronik paling digemari di desa itu dan mampu menayangkan video pengajaran.

Bak gayung bersambut, inisiatif itupun ditanggapi dengan baik oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, PGRI dan Dinas Komunikasi dan Informatika yang melalui Lembaga Penyiaran Publik Lokal TV mulai menyiarkan program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara langsung.

Respons positif berhamburan baik dari para guru, murid dan orang tua murid. Nampaknya, dengan segala keterbatasan dan kelemahannya, program ini dapat menjadi alternatif pendidikan di masa pandemi.

Di daerah lain, pemerintah Kabupaten Temanggung, melalui Dinas Komunikasi dan Informasi (Dinkominfo) saat ini juga tengah mengembangkan sistem “Jarit Desa” (Jaringan Internet Desa) yang akan memprioritaskan daerah terpencil yang belum terjangkau internet dan daerah blankspot.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement