Persaingan Makin Ketat, Bisnis Telekomunikasi Diramal Cerah 2022

Image title
Oleh Melati Kristina Andriarsi - Tim Publikasi Katadata
22 September 2021, 11:17
Persaingan Makin Ketat, Bisnis Telekomunikasi Diramal Cerah 2022
ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.

Pembatasan mobilitas selama Covid-19 berdampak pada pertumbuhan pendapatan sektor telekomunikasi. Hal ini membuat Bank DBS memangkas proyeksi pertumbuhan sektor telekomunikasi hingga akhir tahun menjadi 4% dari yang sebelumnya 6%. Meski begitu, pertumbuhan lebih tinggi diperkirakan akan terjadi tahun depan.

DBS Group Reserach dalam laporan Indonesian Industry Focus Telecomunication Sektor memaparkan, prospek bisnis sektor telekomunikasi pada 2022 bakal lebih cerah, dengan estimasi pertumbuhan pendapatan 7%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya yang sebesar 4%.

“Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan laju penyebaran Covid-19 diikuti dengan kenaikan tarif dan lonjakan pengguna data akan menjadi katalis pertumbuhan pendapatan perusahaan telekomunikasi,” kata Analis DBS, Sachin Mittal dalam risetnya.   

Kenaikan tarif dan konsolidasia antar pelaku industri berpeluang menguntungkan operator terbesar di Indonesia, seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) dan XL Axiata Tbk (EXCL).

Pada Juni lalu, Telkomsel menaikkan harga sebesar 4-9% dan menyertakan aplikasi streaming video untuk kuota terbatas. Langkah ini sedikit mengendurkan persaingan industri, setelah hampir sembilan bulan terjadi persaingan ketat yang dipimpin oleh agresivitas Telkomsel.

Di sisi lain, peta kekuatan pelaku industri telekomunikasi berpotensi semakin berimbang dengan adanya merger antara PT Hutchison, pemilik operator Tri dan PT Indosat Tbk  setelah akhirnya mencapai kesepakatan 16 September lalu.

Dalam keterangan resminya, perusahaan gabungan yang bernama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison) ini disebut akan menjadi operator seluler terbesar kedua di Indonesia setelah PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), anak usaha Telkom. Perusahaan merger ini diperkirakan memiliki pendapatan tahunan hingga US$ 3 miliar (Rp 42,6 triliun).

Namun, DBS menilai keuntungan dan manfaat merger tersebut tidak terlihat pada tahun konsolidasi melainkan baru akan terasa beberapa tahun ke depan ketika pendapatan industri seluler diramal tumbuh 7%.

"Merger antara Indosat dan Hutchison 3 (Tri) akan mengurangi jumlah pemain di industri ini dan membuat persaingan menjadi lebih rasional.  Secara potensi, entitas yang digabungkan seharusnya tidak menjadi pesaing tangguh Telkomsel dalam menghadapi beberapa tantangan yang mungkin menjadi pertanda baik bagi XL Axiata dan Telkomsel 12-18 bulan ke depan,"

Sejak kuartal I 2018 hingga kuartal III 2020, Telkomsel mengalami penyusutan pangsa pasar dari 68,4% hingga 64,8%. Kerugian pangsa pasar bersih sebesar 3,6% ini antara lain sejalan dengan strategi agresif XL memperluas jaringannya hingga ke luar Jawa dan harga merek.

Perusahaan menargetkan bisa mencapai profitabilitas di pasar luar Jawa pada 2022 hingga 2023. Perluasan cakupan pelanggan di luar Jawa ini juga sejalan dengan rencana untuk menggandakan kontribusi pendapatannya menjadi sekitar 30% dalam 4-5 tahun mendatang. XL juga berusaha mempertahankan diskon harga Telkomsel dan mempertahankan daya tariknya terhadap pelanggan yang sensitif terhadap harga di pasar luar Jawa.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...