Ekonomi Digital di Daerah Tidak Merata karena Faktor Infrastruktur

Image title
Oleh Ekarina - Tim Publikasi Katadata
29 November 2021, 16:06
Ekonomi Digital di Daerah Tidak Merata karena Faktor Infrastruktur
Katadata

Indonesia memiliki potensi nilai ekonomi digital yang besar. Pemerintah terus mendorong percepatan dan pemerataan pertumbuhan ekonomi digital hingga ke pelosok daerah melalui pembangunan infrastruktur serta sumber daya manusia (SDM), antara lain melalui program kemitraan dengan pihak swasta.

Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai ekonomi digital Indonesia US$ 70 miliar atau Rp 997 triliun tahun ini. Nilai tersebut diprediksi melonjak menjadi US$ 146 miliar atau sekitar Rp 2.080 triliun pada 2025.

Advertisement

Di sisi lain, pada 2020 investasi digital yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 60 triliun, sekaligus menjadi yang terbesar di ASEAN, namun sebagian masih terpusat di Jabodetabek dan Bandung.

Menanggapi hal ini ini, Ketua Tim Pelaksana Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, kalau dilihat secara keseluruhan market market value Indonesia yang mencapai US$ 44 miliar merupakan yang terbesar di ASEAN. Namun bila dilihat ekonomi digital per kapita, Indonesia menduduki urutan ke-4.

"Ini artinya, secara inklusif ekonomi digital baik per kapita mupun per daerah tidak merata. Penyebabnya infrastruktur," kata Iskandar dalam webinar Regional Summit 2021 bertajuk Kolaborasi Tumbuhkan Ekonomi Digital di Daerah, yang digelar Katadata, Senin (29/11).

Merujuk Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) menurut provinsi, dimana DKI Jakarta yang tertinggi dengan 7,27 dibanding sejumlah wilayah lainnya. Demikian pula dengan penetrasi internet yang mencapai 73,7% rata-rata pengguna terkonsentrasi di Jawa.

Lalu, masalah SDM dimana kaum milenial dengan pendidikan tinggi di bidang IT lebih banyak tinggal di wilayah Jawa atau Jabodetabek, sehingga ini turut menyebabkan perkembangan investasi dan digital ekonomi banyak terpusat di kawasan tersebut. Maka dari itu, perlu tim percepatan ekonomi digitalisasi di daerah.

Untuk mendorong pemerataan pertubumbuhan ekonomi digital hingga ke daerah, pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti Palapa Ring. Kemudian pembangunan Base Transceiver Station (BTS), baik di daerah terpencil yang didanai dari pemerintah maupun yang bekerja sama dengan provider internet swasta.

"Berikutnya, dari sisi SDM, dimana kami terus mempercepat pengembangan digital talent yang diharapkan bisa menciptakan 9 juta talenta digital 15 tahun terakhir," kata Iskandar.

Guna mempercepat target ini, menurutnya sudah ada sejumlah cara yang dikakukan pemerintah mulai dari membentuk program digital leadership academy, siber kreasi dan talenta digital yang nantinya akan dikembangkan dengan mitra pengembangan talenta bersama universitas terkemuka dunia dan mitra perusahaan swasta seperti Google, Oracle, Microsoft dan sebagainya.

"Ada 116 mitra kita yang terdiri dari akademisi, pekerja seni, perusahaan teknologi dan platform media sosial atau digital lainnya," ujar dia.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengungkapkan sejumlah alasan wilayahnya kerap menjadi tujuan investasi, termasuk di bidang ekonomi digital. Menurutnya, kunci menarik investasi dikarenakan pihaknya tidak menerapkan strategi jaga warung, melainkan menerapkan strategi ketok pintu dengan melakukan zoom dengan pelaku usaha Jepang dan sebagainya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement