Strategi Online Jitu, Nike Raih Lonjakan Penjualan selama Pandemi
Brand sepatu dan pakaian olahraga asal Amerika Serikat (AS) Nike Inc. mencatat kenaikan pendapatan signifikan sepanjang kuartal I 2020. Melesatnya penjualan online Nike hingga 82% menolong bisnis perusahaan di masa pandemi corona.
Dikutip dari CNBC, Nike berhasil membuktikan pertaruhannya di segmen digital. Konsumen beralih ke situs web dan aplikasi untuk berbelanja sepatu kets dan pakaian olahraga selama pandemi Covid-19.
Beberapa tahun terakhir, perusahaan telah menarik diri dari department store dan gerai grosir lain dengan berinvestasi pada toko yang lebih kecil, yakni Nike Live.
Analis Susquehanna Sam Poser mengatakan keputusan Nike untuk berkembang menjadi organisasi yang fokus pada platform digital merupakan langkah tepat. Krisis akibat pandemi mendorong konsumen menggunakan saluran digital.
“Nike telah merangkul perubahan struktural dari kebiasaan berbelanja konsumen dari fisik tradisional ke digital. Dalam pandangan kami, mereka akan terus memanfaatkan pergeseran ini, ” ujarnya dikutip dari CNBC, Kamis (24/9).
Usai pengumumkan kinerja penjualannya, saham Nike naik 9% pada Rabu (23/9), mencapai level tertinggi US$ 130,38.
Chief Financial Officer (CFO) Matt Friend mengatakan Nike memperoleh margin kotor 10 basis poin lebih tinggi dari pendapatan digital dibandingkan pendapatan grosir. Perusahaan juga menemukan pelanggan loyal lewat situs belanja.
Hal ini memungkinkan Nike menurunkan biaya akuisisi pelanggan dan meningkatkan laba dari belanja iklan.“Meskipun kami perlu melanjutkan investasi untuk memperluas kapasitas digital, kami dapat meningkatkan efisiensi operasional melalui alat pemodelan prediktif, personalisasi anggota yang digerakkan oleh data, dan inventaris,” katanya.
Akselerasi Digital
Sebelum adanya Covid-19, Nike menargetkan kontribusi penjualan e-commere bisa mencapai 30% terhadap total pendapatan pada 2023. Tapi dengan capaian kemarin, perusahaan optimistis bisa lebih tinggi dri target tersebut.
Perusahaan memperkirakan, penjualan online berkontribusi lebih dari 30% dari total penjualan hingga kuartal terakhir 2020. Perusahaan bahkan optimistis telah berada di jalur yang tepat untuk menembus target 50% beberapa tahun mendatang.
"Pergeseran konsumen mempercepat teknologi digital akan tetap ada. Digital mendorong cara kami menciptakan masa depan retail," kata CEO Nike Inc, John Donahoe.
Menurutnya, strategi transformasi digital Nike tidak mudah ditiru. “Sederhananya, skala itu penting, dan keunggulan Nike,” ujarnya.
Pendapatan bersih Nike pada kuartal I tahun fiskal yang berakhir 31 Agustus 2020 tumbuh menjadi US$ 1,52 miliar atau Rp 22,6 triliun dari US$ 1,37 miliar atau Rp 20,4 triliun pada periode yang sama tahun 2019.
Sedangkan pada kuartal sebelumnya, Nike melaporkan kerugian US$ 790 juta, karena banyak gerai di pasar utama perusahaam termasuk Amerika Utara dan China tutup sementara akibat lockdown.
Nike saat ini memiliki kapitalisasi pasar US$ 199,4 miliar atau Rp 2.973 triliun dengan kenaikan saham lebih dari 15% tahun ini.
Menurut data Statista, pasar pakaian global diproyeksikan akan tumbuh dari yang senilai US$ 1,3 triliun pada 2015 menjadi US$ 1,5 triliun pada 2020, menandakan permintaan pakaian dan sepatu meningkat di seluruh dunia.
Distribusi regional dari pangsa permintaan pakaian diperkirakan akan tetap konsisten selama periode tersebut, meskipun kawasan Asia Pasifik memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi sekitar 4%.
Tiga kawasan dunia dengan pasar pakaian jadi terbesar adalah 28 negara anggota Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Tiongkok dalam tren menurun. Pada 2017, kategori apparel dengan level pertumbuhan pasar global tertinggi yakni pakaian olahraga atau sportswear sebesar 6,8%.