Ikuti Netflix, Disney Fokus Produksi Hiburan via Layanan Streaming
Raksasa hiburan, Walt Disney Co bakal merestrukturisasi bisnis untuk mempercepat pertumbuhan layanan video streaming Disney+. Strategi usaha ini dilakukan seiring meningkatnya ketertarikan konsumen ke layanan digital akibat berkurangnya aktivitas luar ruangan selama pandemi.
Di bawah strtuktur barunya nanti, lini studio, hiburan umum, dan olahraga Disney akan berada di bawah satu divisi. Sedangkan distribusi dan komersialisasi akan berada di bawah unit global terpisah.
Disney mengatakan tim kreatifnya akan mengembangkan dan memproduksi program untuk streaming dan platform tradisional. Sedangkan lini distribusi akan memutuskan di mana pelanggan akan mengakses layanan.
Ide bisnis ini sebelumnya datang dari investor Daniel Loeb dari hedge fund Third Point. Ia mendesak perusahaan membatalkan pembayaran dividen dan mengalihkannya ke investasi program layanan streaming.
Loeb menilai, Disney perlu memangkas dividennya untuk meningkatkan investasi konten acara tv dan film untuk mendapat pelanggan baru. Imbas perubahan strategi ini, saham Disney naik hampir 5% pada perdagangan kemarin menjadi US$ 130,76.
“Kami senang melihat Disney berfokus pada peluang yang sama yang membuat kami menjadi pemegang saham yang begitu antusias: berinvestasi besar-besaran dalam bisnis (langsung ke konsumen), memposisikan Disney untuk berkembang di era hiburan berikutnya,” kata Loeb dikutip dari Reuters, Selasa (13/10).
Perusahaan media dan taman hiburan ini telah meluncurkan layanan streaming Disney + pada November 2019. Layanan tersebut dengan cepat menarik lebih dari 100 juta pelanggan seluruh dunia lewat Disney +, Hulu dan ESPN +.
Pelopor layanan video streaming, Netflix Inc saat ini memiliki 193 juta pelanggan. Namun, jumlah tersebut baru dicapai setelah perusahaan membangun basis pelanggannya selama 13 tahun.
Restrukturisasi dan PHK Karyawan
Kepala Eksekutif Disney Bob Chapek, dalam sebuah wawancara dengan CNBC, mengatakan perusahaan berencana meningkatkan investasi konten, namun tak merinci sumber pendanaan untuk membiayai strategi tersebut.
"Mengelola kreasi konten yang berbeda membuat kami lebih efektif dan gesit dalam membuat produk yang paling diinginkan konsumen, disampaikan dengan cara yang mereka sukai dan mengonsumsinya," kata Chapek dalam pernyataan terpisah.
Chapek mengatakan kepada CNBC akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat perubahan ini. Namun, tidak menyebutkan rincian jumlah karyawan yang di PHK.
Mantan Presiden Produk Konsumen, Permainan dan Penerbitan, Kareem Daniel, akan mengawasi media baru dan grup distribusi hiburan perseroan.
Sedangkan Alan Horn dan Alan Bergman akan tetap memimpin operasi studio Disney dan mengelola program dari waralaba besar termasuk Marvel, Star Wars, animasi Disney, dan Pixar. Peter Rice akan menjalankan program hiburan umum dan Jimmy Pitaro akan menggawangi konten olahraga.
Disney akan memparkan detail perubahan strateginya tersebut kepada investor pada 10 Desember mendatang.
Pemain lain, AT&T juga telah memulai layanan streaming HBO Max pada Mei. Perusahaan mengubah strateginya dengan menggabungkan operasional film dan tv di bawah satu kepala studio untuk menghadapi persaingan ketat di bisnis media streaming.
Keberadaan layanan streaming melalui video on demand (VOD), perlahan makin menggeser peran televisi konvensional. Hal ini seiring menurunnya belanja iklan televisi konvensional, terlebih di tengah situasi krisis akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan prediksi “Statista Advertising & Media Outlook”, penjualan penyedia layanan streaming dan sejumlah perusahaan video akan meningkat 11% secara global pada 2020, dibanding 2019. Pertumbuhan ini disokong pada pertumbuhan pasar di Asia, seperti Indonesia, India, dan Tiongkok.
Pendapatan tiap negara tersebut akan tumbuh 18%, 17,2%, dan 13,1%. Dalam skala global, pendapatan televisi konvensional akan menurun sekitar 6%. Kondisi ini disumbang juga turunnya pendapatan di Asia (-2,9%) dan Eropa (-8,1%). Simak selengkapnya dalam databoks berikut: