Bermula dari Instagram, Jualan Tanaman Hias Tembus ke Amerika

Image title
Oleh Ekarina
24 Oktober 2020, 11:30
UMKM, Tanaman Hias, Pemasaran, Ekspor, Brand, Covid-19, Kementerian Pertanian.
titikhijau / Instagram
Ilustrasi tanaman hias monstera atau janda bolong yang booming selama pandemi.

Tren berkebun di Indonesia membawa berkah bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) tanaman hias, Titikhijau. Berawal dari pemasaran lewat media sosial Instagram, bisnis perusahaan semakin berkembang hingga menembus pasar ekspor mulai dari Korea Selatan, Eropa hingga Amerika Serikat.

Pendiri sekaligus pemilik Titikhijau, Rico Rusdiansyah menuturkan, ia memulai usaha di bisnis jual beli tanaman online sejak 2017. Sama seperti pelapak tanaman di pinggir jalan, Rico awalnya menjual jenis tanaman umum.

Hanya saja, produknya itu dia dipasarkan melalui media sosial Instagram yang saat itu dinilai efektif mendatangkan pembeli. "Kami mulai dari follower sedikit, sampai saat ini suda mencapai 20 ribu pengikut," kata Rico dalam webinar Festival Ide Bisnis yang diadakan detikcom, beberapa hari lalu.

Adapun jenis tanaman yang dijualnya beragam dengan target pasar mulai dari midle to low dengan harga jual produk puluhan ribu. Kemudian midle dengan harga mulaiRp 5 juta hingga high khusus untuk beberapa jenis tanaman bagi kolektor bisnis.

Tanaman hias yang paling diminati saat ini antara lain yang berasal dari jenis Araceae. Tanaman ini memilki beberapa turunan seperti monstera atau yang dikenal dengan nama janda bolong. Beberapa varietas lain pun banyak peminat seperti Alocasia, Anthurium, hingga Philodendron.

Untuk memikat pembeli, beberapa tanaman dihias dengan kemasan pot-pot cantik agar bisa menghasilkan harga jual lebih tinggi.

Seiring berjalannya waktu, bisnis tanaman hias ini berkembang hingga menuai permintaan dari luar negeri. Namun, untuk memenuhi permintaan pihaknya menghadapi kendala ekspor seperti keterbatasan izin dan volume pengiriman jika menggunakan izin pribadi.

Pada 2018 ia dan rekannya mendirikan PT Alchemie Berkah bersama sebagai perusahaan legal pengekspor tanaman dan menggunakan Titik Hijau sebagai merek dagang.

Rico mengatakan, pasar ekspor tanaman sangat menjanjikan dengan margin keutungan berkali lipat lebih besar dibandingkan menjual produk di dalam negeri. Banyak konsumen di luar negeri yang bersedia membeli dengan harga tinggi untuk jenis tanaman yang diminati. Bisnisnya juga diuntungkan dengan keragaman jenis tanaman Indonesia yang tak ditemukan di luar negeri.

Gurihnya pasar ekspor tanaman pun tak lepas dari risiko, seperti kerusakan pada saat pengiriman atau proses karantina. Tak jarang, ia pun harus memberikan kompensasi kepada pelanggannya berupa pengembalian dana yang sudah dibayar (refund) atau mengganti dengan tanaman baru (replace).

Tapi, upaya ini justru menambah kepercayaan konsumen sehingga mau kembali membeli atau membayar langsung ke rekening bank Rico di Indonesia.

Ekspor Tanaman Naik Selama Covid-19

Pandemi corona memberi keuntungan bagi usaha Titikhijau. Rico mengatakan, permintaan tanaman hias di pasar ekspornya meningkat berlipat-lipat saat pandemi mewabah di dunia hingga memicu karantina wilayah (lockdown).

Dari sinilah menurutnya tren berkebun naik pesat. Pada masa puncak Covid-19 di Eropa misalnya, yakni pada Mei lalu nilai Titikhijau bisa mencatat penjualan hingga Rp 1 miliar dari ekspor tanaman hias.

Ke depan, pasar ekspor menurutnya masih akan ia tekuni sambil tetap berpromosi lewat media sosial Instagram, Facebook maupun marketplace luar negeri.

Sementara itu, pengamat pemasaran dari Universitas Prasetiya Mulya,  Istijanto Oei mengatakan dalam memasarkan produknya ke luar negeri, UMKM harus mampu membawa produk dengan unique selling proposition atau diferensiasi dari pesaing.

"Inilah tugas pebisnis mencari nilai lebih produknya, baik berkompetisi di dalam negeri, apalagi di luar negeri, dia harus melihat pesaing lebih luas," katanya kepada katadata.co.id, Jumat (23/10).

Untuk bertahan dan berkembang jangka panjang, pebisnis harus dinamis. Artinya, pelaku usaha harus fleksibel dalam memenuhi kebutuhan konsumen atau melakukan terobosan (inovasi) yang bisa menggerakkan pelanggan.

Kedua, dinamis dalam melihat gerakan pesaing. Ini dilakukan dengan terus memperbarui produk atau melakukan inovasi di pasar.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ekspor tanaman hias secara nasional pada Januari-April 2019 sebesar 1.470 ton atau tumbuh 28,5% dibandingkan Januari-April 2018. Nilai ekspor tanaman hias Januari-April 2019 sekitar Rp 15 miliar.

Tanaman hias Indonesia saat ini sudah diekspor ke 30 negara seperti Singapura, Malaysia, China, Jepang, Korea, Belanda, Amerika, Inggria, Kuwait, Hongkong, Taiwan, Thailand, Vietnam, Canada, dan lainnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...