Pasien Lebih Pilih Layanan Telemedicine Rumah Sakit ketimbang Startup

Image title
Oleh Ekarina
5 November 2020, 07:25
Konsumen, Rumah Sakit, Telemedicine, Digital, Pandemi Corona, Covid-19, Virus Corona, Teknologi, BPJS, kesehatan
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Peserta Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) mengikuti tes kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (3/11/2020). Jumlah pasien rumah sakit turun drastis selama pandemi corona.

Pandemi corona mengubah kebiasaan masyarakat dalam berkunjung dan berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit. Alhasil, mayoritas konsumen berharap rumah sakit menyediakan layanan kesehatan digital atau telemedicine.

Hasil survei yang dilakukan Inventure dan Alvara terhadap 1.121 responden mengungkapkan, 80% responden masih takut berobat ke rumah sakit karena khawatir terpapar virus Covid-19.

Oleh sebab itu, telemedicine menjadi pilihan utama konsumen dalam mengakses layanan kesehatan. Ini tampak dari jawaban 95,3% dari 441 responden yang disurvei, bahwa  rumah sakit harus menyediakan layanan tersebut.

"Yang menarik, rupanya konsumen lebih mempercayai layanan telemedecine yang disediakan oleh rumah sakit atau klinik dibandingkan dari startup teknologi," kata  Managing Partner Inventure, Yuswohady, Rabu (4/11). 

Sebanyak 71 % responden menjawab lebih percaya layanan telemedicine yang disediakan oleh rumah sakit atau klinik. Rumah sakit dinilai  memiliki ekosistem layanan kesehatan dari segi fasilitas dan ekspertis dokter. Selain itu, layanan rumah sakit dianggap sudah teruji dan mampu memberikan safety value.

Sekertaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Lia Gardenia Partakusuma mengatakan, sejak pandemi merebak, kunjungan pasien ke rumah sakit turun lebih dari 50%.

"Mungkin hanya 20% pasien yang datang ke rumah sakit, itu pun dengan kondisi yang sudah darurat," kata Lia dalam webinar Indonesia Industry Outlook 2021:Industry Megashifts Post Covid-19, Rabu (4/11). 

PELAYANAN SEJUTA AKSEPTOR KB
PELAYANAN SEJUTA AKSEPTOR KB (ANTARA FOTO/Novrian Arbi/wsj.)

Manajemen rumah sakit pun akhirnya membenahi sejumlah layanan agar mendapatkan lagi kepercayaan konsumen. Seperti, membagi struktur ruangan antara pasien infeksi dan non-infeksi, penataan logistik obat-obatan.

Rumah sakit juga kini memiliki layanan drive thru, home care dengan mendatangi pasien ke rumah untuk berobat atau perawatan. Hingga akhirnya perubahan perilaku pasien saat ini juga memaksa rumah sakit adaptif dengan layanan telemedicine. 

"Sudah ada sekitar 20% rumah sakit di Indonesia yang memiliki layanan ini, tapi belum terlalu booming seperti yang kita harapkan atau yang ada di luar negeri," ujarnya. 

Layanan ini menurutnya lebih banyak diterapkan di rumah sakit swasta dan sebagian besar berasal dari pasien lama. Pasalnya, rumah sakit pemerintah dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) belum bisa melayani biaya telekonsultasi.

" Persi mengharapkanBPJS ini memperbolehkan dan mempercepat penjaminan  layanan telekonsultasi, sebab kasian pasien," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...