Strategi Banting Harga Perabotan MR DIY untuk Gaet Pelanggan
Peretail peralatan rumah tangga MR DIY Indonesia ekspansi pelanggan ke sejumlah daerah. Selain menambah jaringan gerai ke kawasan Indonesia Timur, perusahaan juga berencana memfokuskan penambahan gerai di wilayah pemukiman dengan ribuan barang berharga murah.
Presiden Direktur MR DIY Indonesia, Cyril Noerhadi mengatakan, menurut survei internal perusahaan, 83% konsumen lebih berhemat selama pandemi Covid-19. Konsumen juga lebih berhati-hati berbelanja barang.
"Permintan 83% konsumen ini yang coba kami sasar. Dengan konsep always low price, kami ingin menyediakan solusi belanja hemat bagi konsumen tanpa harus menunggu diskon atau promo khusus," katanya dalam webinar, Kamis (26/11).
Konsumen juga cenderung berbelanja di sekitar perumahan dan masih enggan berlama-lama di mal. Alhasil, dalam rencana ekspansinya ke depan, perusahaan akan lebih banyak membangun gerai mandiri mendekati kawasan perumahan ketimbang yang berlokasi di dalam mal atau pusat belanja.
Saat ini, 80% gerai MR DIY berlokasi di mal dan hanya 20% yang menggunakan konsep mendiri.
Untuk menjangkau pelanggan lebih luas, perusahaan juga merambah kawasan Indonesia Timur dengan membuka toko ke-200 di Jayapura, Papua. Sedangkan secara keseluruhan, di wilayah Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Filipina gerai MR DIY hingga kini telah mencapai 1.250 unit.
"Untuk saat ini, fokus kami masih kepada pengembangan unit bisnis dan ekspansi yang masif ke berbagai pelosok Indonesia," kata Cyril.
Perseroan juga optimistis kinerjanya tetap tumbuh positif di 2021 maupun dalam menghadapi persaingan ketat dengan peretail lain. Sebab, sampai saat ini belum ada toko retail yang ada di Indonesia yang berfokus terhadap kebutuhan keluarga secara menyeluruh. Kebanyakan dari mereka lebih spesifik menyasar pada audiens tertentu.
"Sehingga belum ada pesaing yang head to head dengan kami untuk konsep belanja retail harga murah untuk perlengkapan rumah tangga," katanya kepada katadata.co.id.
Pesaing MR DIY di bisnis retail peralatan rumah tangga, yakni PT Ace Hardware Indonesia memiliki strategi berbeda menggaet pelanggan di masa pandemi.
Corporate Secretary Ace Hardware, Helen Tanzil mengatakan, perseroan mencatat penurunan penjualan sekitar 7,5% di semester pertama 2020. Perusahaan ekspansi penjualan lewat berbagai pilihan platform digital, seperti Ace Online dan Ruparupa.com sebagai authorized online retailer Kawan Lama Group.
"Di samping itu, kami juga bekerja sama dengan marketplaces," kata Helen kepada Katadata.co.id.
Kendati demikian, kontribusi penjualan Ace Hardware lewat channel digital belum terlalu besar atau masih di bawah 2%. Oleh karena itu, Ace Hardware juga mulai mempromosikan dan memasarkan produk kesehatan yang berhubungan dengan pandemi corona, seperti hand sanitizer, cairan pembersih dan sebagainya.
Terkait kinerja gerai, menurutnya, hingga saat ini perusahaan telah membuka 11 unit dan menutup 3 gerai, salah satunya di Kuningan City pada 2 Agutus lalu.
Namun, dia membantah penutupan gerai terjadi akibat dampak Covid-19, melainkan karena masa sewa yang sudah habis. Helen juga menyatakan tetap ekspansi gerai bila ada lokasi yang dinilai cocok dan menguntungkan.
"Jika di suatu daerah belum ada gerai Ace sebelumnya, maka ekspansi tetap dilaksanakan," ujarnya.
Executive Director Nielsen Wiwy Sasongko mengatakan, tingkat kepercayaan konsumen melemah selama pandemi berlangsung. Timbulnya kekhawatiran masyarakat terhadap perekonomian serta pekerjaan, membuat konsumen menunda pembelian. Akibatnya, daya beli menurun.
Ini pun tercermin dari pertumbuhan retail hingga September 2020 yang hanya 2%, dibandingkan tahun lalu mencapai 8%. Oleh sebab itu, peretail memiliki tantangan besar mempertahankan bisnis di tengah pandemi.
Terlebih selama krisis kesehatan, kebiasaan masyarakat ikut berubah, seperti pada saat berbelanja dari offline ke online. Karenanya, transformasi digital di sektor retail terus didorong agar kebutuhan masyarakat terpenuhi dan industri retail tetap beroperasi.
Berdasarkan survei yang dilakukan Nielsen, minat masyarakat mengunjungi mal atau pusat belanja cenderung meningkat, yakni terhitung saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pasca-PSBB dan masa normal baru (new normal).
"Konsumen akan kembali belanja di mal, tapi belum kebali ke level normal sebelum adanya pandemi," kata Wiwy dalam webinar Optimizing National Market for Global Experience, Rabu (11/11).
Oleh sebab itu, dia memperkirakan pada 2021 industri retail bakal tumbuh di meski baru di kisaran mid single digit atau sekitar 5%-6%. Pertumbuhan diramal baru mulai terjadi pada kuartal-II 2021 atau memasuki momentum lebaran.
"Vaksin bisa membantu pertumbuhan dan pemulihan ekonomi lebih cepat. Kunci rebound juga ada pada penanganan Covid-19 yang maksimal," katanya.