Sritex Ekspor Seragam Militer Filipina di Masa Pandemi

Image title
Oleh Ekarina
15 Desember 2020, 11:52
Sritex, Ekspor, Tekstil, Pandemi Corona, Covid-19, Perusahaan, Bisnis.
sritex.co.id
Seorang pekerja menjahit pakaian militer di pabrik Sritex. Perusahaan mendapat pesanan ekspor seragam militer ke Filipina.

Perusahaan tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) mengekspor delapan kontainer seragam militer ke Filipina. Ekspansi pasar ini terjadi di tengah lesunya permintaan bisnis di tengah pandemi Covid-19.

Direktur Utama Sritex, Iwan Setiawan mengatakan, ekspor seragam militer ke Filipina merupakan yang perdana. "Semua seragam militer yang kami produksi  telah sesuai dengan standar North Atlantic Treaty Organization (NATO), sehingga konsumen puas dengan kualitasnya," kata Iwan dalam Jakarta Chief Marketing Officer (CMO) Club, Senin (14/12).

Seragam ini memiliki beberapa fitur lonising radiation regulation protection atau antiradiasi, antinyamuk, antiair dan minyak, anti-bakteri dan bau, serta anti-api.

Dengan adanya tambahan pesanan ini, dia berharap bisa  terus menjaga tren usaha produksi seragam militer dan bekerja sama dengan divisi pertahanan dunia lain.

Sritex pertama kali memproduksi seragam pada 1992 untuk seragam ABRI dan kepolisian. Lalu pada 1994, perusahaan mendapat permintaan memasok  seragam militer Jerman.

Sejak saat itu, permintaan seragam datang dari luar negeri. Sritex juga mengekspor seragam militer ke Swedia, Kroasia, Portugal, dan negara-negara lainnya.

Iwan mengatakan, produk tekstil Indonesia sudah sejak lama memiliki pesaing kuat di tingkat regional Asia Tenggara, dan di Asia, salah satunya Tiongkok.

“Sebetulnya saat ini kita par (setara) dari sisi biaya produksi. Cost disana mahal, di sini juga sama. Jadi masih bisa bersaing. Kuncinya adalah bagaimana menambah produksi di dalam negeri ini lebih bervariasi lagi,” ujarnya dalam webinar CNBC, Senin (14/12).

Dengan menambah variasi produk tekstil dan juga menambah jumlah produsennya, biaya logistik akan menjadi lebih efisien. Ini dikarenakan pembeli (importir) produk tekstil dari negara lain bisa membeli beragam jenis produk tekstil di Indonesia sehingga dengan sendirinya menurunkan biaya logistik.

“Pembeli dari luar negeri bisa membeli disini. Semuanya ada. Ini angan-angan saya bagaimana kita bisa mempunyai varian kain tekstil yang banyak di Indonesia. Seperti kebaya, itu banyak impornya, kenapa tidak dibuat di Indonesia?” ujarnya.

Oleh karena itu investasi di dalam negeri harus digenjot untuk sektor-sektor yang berorientasi ekspor, namun dengan tetap memaksimalkan potensi pasar dalam negeri yang masih sangat besar dan belum tergarap sepenuhnya.

“Ini harus menjadi peluang bagi Indonesia untuk mendorong investasi di dalam negeri untuk tujuan ekspor nantinya,” ujarnya.

Tantangan Bisnis di Tengah Pandemi

Pandemi corona di awal tahun ikut mempengaruhi bisnis perusahaan. Ancaman penurunan penjualan hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) membayangi hampir seluruh industri, termasuk perusahaan.

Namun, perusahaan melihat beberapa peluang bertumbuh di tengah krisis kesehatan. Salah satunya kebutuhan pemenuhan alat pelindung diri (APD) dan masker kesehatan. 

Oleh sebab itu, perusahaan mulai mengalihkan produksi pakaian ke masker. Mulanya, pemasaran masker hanya dilakukan melalui lima grup whatsapp group. Namun, pesanan melonjak.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...