Resep Mustika Ratu 46 Tahun Berbisnis Produk Kosmetik dan Jamu
Mempertahankan bisnis di Indonesia selama lebih empat dekade bukan perkara mudah. Pelopor merek produk kosmetik dan jamu Indonesia, PT Mustika Ratu memaparkan sejumlah strateginya bertahan di industri kosmetik yang sarat persaingan dari pemain lokal maupun asing.
Berdiri sejak 1975 di sebuah garasi rumah, pendiri Mustika Ratu BRA. Mooryati Soedibyo dikenal piawai meracik jamu. Cucu dari Raja Surakarta Paku Buwono X ini sejak berumur 3 tahun tinggal bersama kakeknya.
Oleh karena itu, ia pun berpengalaman membuat bahan perawatan dan kesehatan dengan resep kecantikan keraton (royal javanese recipe) yang diwariskan secara turun menurun.
Berangkat dari usaha rumahan, bisnis Mustika Ratu di bidang kecantikan dan kesehatan terus berkembang. Pada 1995, Mustika Ratu akhirnya go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham MRAT.
Dalam kurun 45 tahun, lebih dari 1.000 produk dihasilkan perusahaan dengan inovasi dan karakter produk mengikuti perkembangan zaman.
"Pemasaran dan riset konsumen terus kami dilakukan agar produk dan service Mustika Ratu kualitas kami terus terjamin dan diminati oleh konsumen baik di dalam dan luar negeri," kata Director Business Development and Innovation Mustika Ratu, Ajeng Kusuma Anjani kepada katadata.co.id beberapa waktu lalu.
Dalam pengembangan inovasi produk, perusahaan memiliki tim riset dan pengembangan (R&D) internal serta melakukan banyak kerja sama dengan para ahli dalam bidang kecantikan dan kesehatan agar produknya sesuai dengan kebutuhan pasar.
Setelah memastikan produknya siap dipasarkan, perusahaan juga memastikan distribusinya efektif dan mudah diakses dan dicari dengan memperluas jaringan distribusi produk baik melalui medical atau farmasi, retail modern, mini market dan pasar.
Perseron juga bekerjasama dengan berbagai platform e-commerce untuk memperluas pemasaran sekaligus menarik konsumen millenial seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Blibli.com, Zalora, Lazada dan lainnya. Di samping itu, Mustika Ratu pun memiliki platform belanja online sendiri yaitu www. mustikaratuonline.com .
Guna membuat produknya samakin dikenal, Ajeng mengatakan perusahaan menggencarkan aktivitas marketing, awareness building melalui televisi, media digital serta media sosial seperti Instagram, Facebook dan TikTok.
Perseroan juga menggunakan brand ambassador dan social media influencer untuk dapat menjangkau konsumen di semua lini. Salah satunya, Puteri Indonesia sebagai sosok generasi muda yang dinilai inspiratif dan berprestasi.
"Mustika Ratu bersama dengan Yayasan Puteri Indonesia secara konsisten melakukan banyak aktivasi bagi online dan offline bersama Puteri Indonesia sebagai Influencer," ujar Ajeng.
Perseroan juga kerap menggandeng beauty and health influencer untuk memperkenalkan produk-produk Mustika Ratu hingga mengadakan tantangan make-up di media sosial.
Dengan berbagai strategi tersebut, brand-brand di bawah Mustika Ratu bisa tetap eksis di masyatakat, bahkan ada yang umurnya mencapai puluhan tahun. Beberapa merek tersebut diantaranya adalah Minyak Zaitun Mustika Ratu, Bengkoang series dan Slimming Tea disebut mampu bertahan dari masa ke masa sebagai market leader.
Sedangkan di pasar ekspor, produk Mustika Ratu telah merambah 20 negara seperti Jerman, Rusia, Kanada, Amerika Serikat, Malaysia, Hong Kong dan Saudi Arabia. Kategori produk yang di ekspor adalah personal care, decorative dan jamu.
Penjualan produk keluar negeri menggunakan brand di bawah Mustika Ratu seperti Beauty Queen by Mustika Ratu, Mustika Ratu Jamu Tea Series dan Mustika Ratu Personal Care.
Tantangan Bisnis Kecantikan Masa Kini
Seiring perkembangan zaman, bisnis kecantikan menghadapi beragam tantangan. Trend baru di masyarakat saat ini, khususnya anak muda lebih menggemari style luar negeri karena asimilasi budaya membuka peluang menjamurnya brand artisan.
"Di sisi lain, Indonesia sebagai pasar dengan bonus demografi, selain mendorong masuknya banyak produsen kosmetik kelas dunia, juga produk impor illegal yang dapat membahayakan konsumen," kata Presiden Direktur Mustika Ratu, Egi Situmorang kepada katadata.co.id.
Oleh sebab itu, perlu edukasi dan pengenalan lebih lanjut terhadap produk kecantikan dan kesehatan berbahan herbal atau rempah Indonesia (jamu) yang diproduksi secara aman kepada milennial dan Generasi Z.
Perusahaan menurutnya aktif melakukan kampanye dan consumer engagement bertema #MRLoveYourself untuk mendorong konsumen menggunakan produk kecantikan dan kesehatan yang aman, terutama dari bahan alami Indonesia.
Sedangkan untuk kembali menumbukan kecintaan masyarakat terhadap produk jamu, perseroan juga lebih agresif memperkenalkan jamu modern racikan fusion taste.
Format yang digunakan pun beragam mulai dari jamu café, kitchen franchise, kolaborasi menu hasil racikan celebrity chef dan barista di hotel berbintang hingga kolaborasi dengan pelaku usaha kuliner dan makanan minuman.
Tak hanya dari perubahan perilaku konsumen, perseroan juga menghadapi tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19. Pandemi mendorong perusahaan beradaptasi dan melakukan pivot bisnis dengan berinovasi pada produk kesehatan serta meningkatkan pengembangan kategori jamu atau obat tradisional.
"Hal ini kami lakukan dengan memproduksi produk kesehatanseperti hand and body sanitiser, disinfektant dan Herbamuno+ suplemen jamu yang memiliki fungsi immunomodulator untuk menjaga daya tahan tubuh," ujar Egi.
Selain itu, perusahaan meluncurkan Jejamu by Mustika Ratu, yang mengandung seri paket imun booster untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, melakukan tele sales, membuat platform reseller online serta sejumlah strategi marketing kreatif.
Hingga saat ini bisnis health care berkontribusi sekitar 20% terhadap total penjualan perseroan. Dengan strategi baru ini pihaknya berharap bisa memperoleh penjualan serta dan profitabilitas yang lebih baik pada 2021 dibandingkan tahun lalu.
Sepanjang Januari-September 2020, Mustika Ratu membukukan penjualan bersih Rp 222,26 miliar. Angka ini turun tipis 0,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan laba bersih perusahaan turun 73,93% secara tahunan, dari semula Rp 2,30 miliar menjadi Rp 601,03 juta seiring meningkatnya biaya operasional.
Pandemi corona membawa membawa berkah bagi sebagian perusahaan, meskipun tak sedikit pula yang terpaksa gulung tikar. Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) mencatat, hingga saat ini terdapat 30% industri jamu yang merumahkan karyawan akibat Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Ketua GP Jamu Dwi Ranny Pertiwi mengatakan, PSBB menyebabkan distribusi dan pemasaran barang ke wilayah ikut terdampak, khususnya di wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur. Akibatnya, penjualan pun menurun.
Padahal, dari sisi produksi, industri jamu memiliki kecukupan bahan baku. Permintaannya pun sedang tinggi, lantaran banyak masyarakat percaya akan khasiat jamu terhadap kesehatan.
Peningkatan permintaan jamu tradisional di tengah merebaknya pandemi corona tak serta merta menjadikan sektor usaha ini berada di atas angin. "Sebanyak 30% industri terutama di daerah mulai merumahkan karyawannya. Sebagian masih berjalan baik," kata Dwi dapat rapat bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (27/4).
Industri jamu menghadapi pasang-surut. Salah satu pemain utama yang juga perusahaan legendaris, Jamu Cap Nyonya Meneer yang berdiri pada 1919 bahkan ditetapkan pailit pengadilan pada 2017 lalu.