3 Tips Bagi Freelance Untuk Bertahan Hadapi Pandemi & Normal Baru

Cindy Mutia Annur
26 Juni 2020, 09:27
3 Tips Bagi Freelance Untuk Bertahan Hadapi Pandemi & Normal Baru.
ANTARA FOTO/Moch Asim/wsj.
Ilustrasi warga yang melakukan pendaftaran calon peserta Kartu Prakerja. Pekerja lepas ikut terdampak pandemi corona.
Pekerjaan lepas atau freelancer atau gig workers merupakan salah satu pekerjaan yang terdampak karena pandemi corona. Dekan Sekolah Bisnis & Ekonomi Universitas Prasetya Mulya Fathony Rahman berbagi tips bagi freelancer agar tetap bertahan di tengah pandemi dan tatanan normal baru (new normal). 
 
Tips pertama, para freelancer harus menyiapkan tabungan yang cukup untuk bertahan hidup di tengah situasi saat ini. "Karena kita perlu menghadapi krisis, sehingga hal-hal yang bukan kebutuhan pokok sebaiknya dikesampingkan dahulu," ujar Fathony dalam video conference, Kamis (25/6).
 
Kedua, para freelancer harus memanfaatkan momentum pandemi ini untuk memperbaiki pola pikir dan kualitas diri, khususnya dalam keterampilan (soft skills). Di antaranya yakni, mereka bisa mengikuti sejumlah webinar atau kursus online secara gratis yang disediakan oleh pemerintah maupun sejumlah instansi swasta.
 
Ketiga, ia menganjurkan, para freelancer harus mencari peluang baru untuk mendapatkan penghasilan. Menurutnya, pandemi corona mengakibatkan sejumlah layanan perusahaan ditutup namun hal itu seharusnya bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap bekerja. 
"Mereka bisa mengambil kesempatan yang lain, misalnya pivoting menjadi mitra merchant GrabFood dan sebagainya," ujar Fathony.
 
Seperti dikethaui, pandemi corona telah memukul sejumlah sektor usaha, tak terkecuali perusahaan rintisan atau startup. Perusahaan penyedia layanan on-demand Gojek dan Grab mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan bulan ini imbas pandemi corona. Kedua decacorn ini juga menyetop beberapa layanan.
 
Gojek memecat 430 pegawai atau 9% dari total karyawan. Pekerja yang dipecat sebagian besar merupakan staf divisi GoLife dan GoFood Festival.

Kedua layanan tersebut juga disetop lantaran dinilai tak relevan dengan kebiasaan baru masyarakat atau normal baru (new normal). Aplikasi GoLife akan disetop pada 27 Juli. Namun, Gojek belum memerinci kapan layanan GoFood Festival dihentikan.
 
“Perjalanan menjadi semakin sulit karena kami harus berpisah dengan 430 karyawan. Lalu juga adanya penutupan GoLife dan GoFood Festival, bisnis yang memiliki peran penting dalam sejarah Gojek,” kata Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi dalam pernyataan resmi, Selasa (23/6).
 Andre mengaku, perusahaan telah melakukan beragam langkah untuk bisa bertahan di tengah pandemi corona. “Namun kami sangat naif, karena berpikir bahwa pertumbuhan akan terus terjadi. Kami tidak cukup mengantisipasi adanya penurunan yang tidak dapat dihindari seperti pandemi,” ujarnya.
 
Sama seperti Gojek, Grab pun menghentikan beberapa proyek non-esensial dan mengonsolidasikan fungsi-fungsi agar lebih efisiensi. Selain itu, membentuk ukuran tim yang tepat untuk menyesuaikan dengan kebutuhan bisnis.
 
Grab juga akan terus memperkuat layanan pengiriman makanan dan barang, serta telah mengalokasikan sebagian Grabber ke kedua produk ini. “Kami telah menyelamatkan banyak pekerjaan melalui pemindahan ini dan membantu membatasi ruang lingkup pengurangan pekerja hingga di bawah 5%,” ujar Tan melalui pesan untuk karyawan, pekan lalu (16/6).
 
Layanan pesan-antar makanan dan pengiriman barang memang diminati selama pandemi corona. Begitu juga dengan pembayaran secara digital. Sebab, ketiga layanan itu mendukung protokol kesehatan selama pandemi corona. 
 
Banyak Diminati
 
Pekerjaan lepas atau freelance kini tak lagi dipandang sebelah mata. Survei yang dilakukan startup crowdsourching, PT Sribu Digital Kreatif menunjukkan banyak pekerja lepas yang menjadikan pekerjaannya saat ini sebagai tumpuan hidup.
 
Menurut survei tersebut 95% responden pekerja lepas yang disurvei menyatakan akan mempertahankan status pekerjaan. Adapun 53% mengaku sudah menjadi freelancer lebih dari lima tahun.
 
Mayoritas merupakan generasi milenial, 49% responden berusia 21 tahun hingga 30 tahun. CEO Sribu Ryan Gondokusumo mengatakan, ada beberapa alasan pekerjaan lepas kini bukan lagi sebagai sambilan, mulai dari waktu dan lokasi bekerja yang lebih fleksibel, keterbatasan kualifikasi pendidikan, dan besarnya pendapatan yang dihasilkan.
"Awalnya kami merasa mereka ingin dapat pekerjaan tambahan, ternyata tidak. Kalau seperti ini bisa jadi tumpuan ke depan, orang jadi content creator bukan jadi sambilan tapi full time," ujar Ryan di Jakarta pada Kamis (13/2).
 
Bekerja sebagai freelancer juga dipandang cukup menjanjikan secara penghasilan. Dari hasil survei, 20% responden mengaku dalam sebulan menghasilkan lebih dari Rp 3,5 juta. Sribu mencatat, ada tiga pekerjaan terbanyak yang dikerjakan freelancer saat ini.
 
Sebanyak 62,7% responden bekerja di bidang desain, 27,2% bekerja di copywriting, dan 41,5% di pemasaran online. Survei dilakukan kepada 200 freelancer yang telah melalui tahap kurasi pada Januari 2020.

 
 
 

Reporter: Cindy Mutia Annur
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...