Penerapan Energi Terbarukan Berpotensi Gerus Kontribusi Ekspor Sawit

Michael Reily
10 Januari 2019, 10:25
Microsite Biodiesel
Arief Kamaludin | Katadata
Biodiesel murni dan campuran solar dengan kadar 10 dan 20 persen.

Pemerintah tengah mengembangkan program energi terbarukan dengan pemanfaatan bahan baku minyak sawit. Hal ini diharapkan bisa memaksimalkan penggunaan sawit dalam negeri, meskipun di sisi lain berpotensi mengurangi kontribusi ekspor komoditas tersebut menjadi 50% di 2025.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menyatakan program energi hijau akan mengorbankan volume ekspor untuk sawit. "Devisa akan turun, tetapi paling tidak kita lebih punya posisi tawar dalam kontrol pasokan untuk harga," kata Joko di Jakarta, Rabu (9/1).

(Baca: Program Biodiesel Tetap Jalan meski Diminta Beralih ke Kilang Sawit)

Menurutnya, dari total produksi sawit saat ini, porsi serapan sawit dalam negeri baru mencapai 30%, sementara ekspor menyerap sekitar 70%. Jika program energi terbarukan 2025 berhasil diterapkan, konsumsi sawit dalam negeri diharapkan meningkat menjadi 50% dan sementara serapan sawit untuk ekspor turun menjadi 50%.

Namun, penurunan devisa untuk ekspor sawit, menurutnya bisa diimbangi dengan penghematan devisa penurunan impor bahan bakar minyak. "Dengan begitu, harga sawit bakal menyesuaikan, mengikuti mekanisme pasar," ujar Joko.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...