Proses Rumit, Biaya Produksi & Harga Jual D100 Pertamina Dipertanyakan

Image title
19 Juli 2020, 13:32
Harga Jual dan Biaya Produksi D100 Pertamina Dipertanyakan.
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/foc.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kanan) dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kiri) mengunjungi Unit DHDT Refinery Unit (RU) II Dumai di Dumai, Riau. Pengamat mempertanyakan biaya produksi D100 Pertamina saat ini.

Langkah Pertamina memproduksi green diesel atau D100, bahan bakar ramah lingkungan hasil pengolahan minyak kelapa sawit 100% di Kilang Dumai diapresiasi sebagian kalangan. Namun, ada pula yang mempertanyakan biaya pokok produksi bahan bakar ini, apakah ke depan dipasarkan dengan harga terjangkau ke masyarakat serta tak memerlukan subsidi negara.  

Founder PT FSC Oleo Chemical Riza Mutiara, menilai komponen biaya produksi penting diperhatikan. Hal ini kedepannya tidak membebani rakyat dan negara dalam bentuk subsidi ketika D100 mulai dipasarkan ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Menurut dia, bila harga produksi D100 diasumsikan setara produk Pertamina Dex yang dibandrol dengan Rp 10.200 perliter di SPBU, maka nilainya kemungkinan akan jauh di atas itu.

Pasalnya, harga bahan baku Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO), katalis, dan biaya proses kilang yang lebih kompleks dengan menggunakan hidrogen yang banyak menyebabkan biaya produksinya lebih mahal. 

(Baca: Hindari Kerusakan Mesin, Gaikindo Minta Spesifikasi D100 ke Pertamina)

"Karena untuk memproduksi D100, CPO yang diproses menjadi RBDPO membutuhkan proses panjang," ujarnya seperti dikutip berdasarkan keterangan tertulis, Minggu (19/20).

Menurutnya, CPO refinery menghasilkan 94% RBDPO dan 5% PFAD ( Palm Fatty Acid Distilate), sehinga semakin besar kapasitasnya, maka akan semakin murah biaya produksinya. Namun untuk produksi D100 Petamina yang memakai katalis mp (merah putih) yang belum diketahui berapa rincian harganya.

Jika rata-rata harga bahan baku CPO mencapai RM 2500 per ton dan harga RBDPO US$ 654.50 per ton, maka menurutnya dapat dihitung biaya produksi D100, dan harga jual produk tersebut.

"Berapa harga jual supaya Pertamina tidak memerlukan subsidi dan berapa biaya logistik dari mendatangkan CPO ke Dumai dan biaya distribusi D100 ke SPBU seluruh Indonesia," ujarnya.

Di sisi lain,  apabila RBDPO dilanjutkan ke proses fraksinasi akan menghasilkan olein atau minyak goreng 77% dan stearine 17%. Sementara, saat ini harga retail minyak goreng dalam kemasan sekitar Rp 29.000 per 2 kilogram. Stearine diproses menjadi mentega dijual retail 500 gram sekitar Rp 12.500.

"Sehingga kalau CPO harganya naik di pasaran, tentu pertanyaannya apakah Pertamina bisa menjual minyak goreng dan mentega serta sabun cuci batangan untuk menghindari kerugian dipenjualan D100," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...