Beberapa Perusahaan Publik Kebal dan Raih Untung saat Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap perekonomian di dalam negeri, termasuk pada perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski begitu, ada pula beberapa perusahaan yang tak ikut terdampak parah akibat penyebaran virus corona.
Salah satunya perusahaan di sektor kimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Manajemen perusahaan mengatakan, saat ini operasional produksi berjalan normal 24 jam selama seminggu dengan penerapan protokol kesehatan pemerintah.
Kegiatan produksi perseroan tetap berjalan normal seiring dengan tingginya permintaan akan kebutuhan produk petrokimia sebagai salah satu bahan baku alat pelindung diri (APD). "Saat ini, polyethylene dan polypropylene sangat dibutuhkan untuk pembuatan APD dan masker medis," kata manajemen dikutip dari keterbukaan informasi.
(Baca: PHK dan Efisiensi Karyawan Melanda Perusahaan Publik, Ini Daftarnya)
Karena itu, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini optimistis dapat memenuhi kebutuhan bahan baku penunjang produksi APD dan masker di dalam negeri dan mensubtitusi bahan baku impor.
Demikian pula halnya dengan penjualan produk perseroan yang tak menemui hambatan meski beberapa daerah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sebab, logistik dan transportasi untuk produk-produk yang dibutuhkan masih dapat berjalan.
Perusahaan lain yang tak terdampak negatif Covid-19 yakni emiten farmasi PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Perseroan bahkan mengaku meraup keuntungan dari adanya pandemi.
"Covid-19 tekah menyebabkan permintaan dan kebutuhan produk kesehatan meningkat sehingga akhirnya turut berdampak terhadap pendapatan perseroan," kata manajemen Kimia Farma dalam keterangan tertulis.
(Baca: Plus-Minus Covid-19 terhadap Bisnis Digital)
Perusahaan farmasi swasta PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga menyatakan tak terdampak negatif dari wabah virus yang telah menjangkit lebih dari 23 orang di Indonesia ini. Manajemen menyebut, operasional perusahaan berjalan seperti biasa, tanpa ada gangguan.
Di sektor non-farmasi, beberapa emiten sektor telekomunikasi juga mengaku tak banyak terganggu akibat pandemi corona.
Salah satunya yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang tetap fokus melayani kebutuhan pelanggannya terkait penyedian infrastruktur jaringan telekomunikasi. Perseroan telah bekerja sama dengan para pemasok dan mitra untuk memastikan permintaan dari para pelanggan operator dapat terpenuhi.
Sedangkan, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom juga mengaku mengalami peningkatan trafik penggunaan internet sebesar 15,6% selama periode 15 Maret hingga 1 April 2020. Trafik internet Telkom pada periode itu naik menjadi 9,6 terabits per seconds (Tbps) dari yang sebelumnya 8,3 Tbps.
(Baca: Telkom Berupaya Raih Laba Meski Pendapatan Turun Karena Pandemi Corona)
Wabah virus corona di dalam negeri yang semakin masif telah menyebabkan penggunaan internet meningkat. Terlebih ketika pemerintah menganjurkan melakukan aktivitas di dalam rumah, baik bekerja, belajar, maupun beribadah.
"Ada juga fenomena pergeseran penggunaan data, dari sebelumnya paling padat di daerah perkantoran atau pusat bisnis, menjadi di rumah," kata Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah saat menggelar rapat kerja dengan DPR, Selasa (5/5).
Ririek menambahkan bahwa peningkatan trafik juga terjadi pada aplikasi-aplikasi yang mendukung belajar jarak jauh (distance learning) seperti Ruang Guru dan Ilmupedia. Trafik juga meningkat pada layanan rapat secara virtual (meeting online) seperti Zoom, Webex, Skype, maupun Telkomsel CloudX.