Ketua MPR Minta Kembali ke Ekonomi Pancasila, Mengapa?

Agatha Olivia Victoria
20 Juni 2020, 20:06
Diadang Krisis Global, Ketua MPR Minta Kembali ke Ekonomi Pancasila.
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri) berbincang dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirad. Bamsoet imbu pemerintah terapkan ekonomi Pancasila di tengah maraknya tantangan ekonomi global akibat pandemi corona.

Pandemi corona telah mengoreksi seluruh tatanan ekonomi dunia menuju ekonomi baru. Oleh karena itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo menilai pemerintah berpeluang menegakkan kedaulatannya di bidang ekonomi melalui ekonomi Pancasila. 

"Saat globalisasi runtuh, ekonomi lokal otomatis mengambil haluan. Ini peluang bagi kita. Bicara ekonomi lokal, tentu tidak bisa terlepas dari sistem ekonomi Pancasila," ujar politisi Golkar yang kerap dipanggil Bamsoet, Sabtu (20/6).

Kendati demikian, tantangan terbesar ekonomi Pancasila bukanlah globalisasi semata tapi juga pada mental dan kualitas para pejabat negara.

(Baca: Proyeksi Suram Ekonomi Indonesia dan Dampak Turunannya)

Selain itu, adanya kesenjangan sosial juga semakin menjauhkan ekonomi Indonesia dari prinsip dasar negara. "Sebagus apapun konsep tatanan perekonomian tak akan membuahkan hasil maksimal jika dijalankan oleh para pejabat yang tak memiliki semangat nasionalisme dan berjiwa Pancasila," kata dia.

Maka dari itu, Bamsoet meyakini sistem ekonomi Pancasila mampu mengatasi tantangan bangsa, salah satunya ketergantungan akan produk impor di sektor pangan. Hal ini merupakan tantangan besar lantaran kedaulatan pangan Indonesia menurun sejak tahun 2010.

Dia pun mencontohkan, setiap tahunnya, Indonesia mengimpor 70% kebutuhan kedelai nasional, 12% kebutuhan jagung, 15% kebutuhan kacang tanah, 90% kebutuhan bawang putih, 30% konsumsi daging sapi nasional, 70% kebutuhan susu, buah, serta sayuran pada 2010-2013.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...