Permintaan Naik, Penguatan Harga Komoditas Diramal Berlanjut Tahun Ini

Image title
Oleh Ekarina - Tim Publikasi Katadata
31 Agustus 2021, 11:21
Permintaan Naik, Penguatan Harga Komoditas Diramal Berlanjut Tahun Ini
Katadata

Tren harga komoditas dunia menunjukkan pemulihan sejak semester kedua 2020 di tengah berakhirnya karantina wilayah (lockdown) fase awal oleh sejumlah negara akibat pandemi Covid-19. Bank DBS memperkirakan kenaikan harga dan inflasi komoditas akan terus berlanjut tahun ini dan mempengaruhi margin produsen sektor hulu maupun industri hilir.

DBS Group Research dalam laporannya Regional Industry Focus bertajuk Commodity Inflation Analysis memaparkan, sebagian besar komoditas seperti, logam, energi, dan pertanian mengalami masa sulit pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Kondisi ini mengakibatkan penurunan aktivitas perekonomian.

Advertisement

Meski begitu, tanda-tanda pemulihan dan kenaikan tajam mulai terlihat sejak akhir 2020 dan diperkirakan terus berlanjut hingga 2021. Bank DBS mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi penguatan ini, seperti pemulihan global yang sedang berlangsung sehingga mendorong meningkatnya permintaan komoditas secara tajam dan kembali pada kondisi sebelum Covid-19.

Peningkatan permintaan ini terutama dipicu oleh pemulihan awal ekonomi Tiongkok dan rencana belanja infrastruktur Amerika Serikat (AS). Kemudian, kebijakan moneter ekspansif dan stimulus fiskal oleh pemerintah di seluruh dunia, khususnya AS sehingga mendorong ekspektasi inflasi dan pelemahan dolar.

Faktor lain yang menyebabkan lonjakan harga yaitu adanya hambatan rantai pasok komoditas seiring pembatasan mobilitas selama pandemi Covid-19 serta cuaca ekstrem di wilayah tertentu. "Meskipun ada moderasi harga komoditas pada paruh kedua 2021 setelah kenaikan akhir-akhir ini, harga rata-rata komoditas pada 2021 akan lebih tinggi dibandingkan 2020," tulis Grup Riset DBS dalam laporannya dikutip Rabu (18/8).

Tingginya harga komoditas, diperkirakan bakal menguntungkan produsen komoditas hulu. Sementara sektor hilir, prospek margin mungkin tidak seburuk yang diperkirakan, karena dengan permintaan yang lebih tinggi pada produk akhir, sebagian biaya produksi bahan baku ini dapat dialihkan ke pelanggan.

"Industri hilir kami percaya sektor penerbangan, konstruksi, semen, kilang akan sulit meneruskan kenaikan biaya.  Sementara sektor otomotif, perangkat keras teknologi, galangan kapal, konsumsi makanan minuman (Food & Beverage) akan lebih mengelola margin di tengah meningkatnya permintaan konsumen akhir," tulis laporan tersebut.

Outlook Komoditas

Dengan indikasi penguatan saat ini, Bank DBS membagikan pandangan mengenai komoditas apa saja yang akan mengalami pegerakan signifikan tahun ini, faktor pendorongnya beserta sektor industri hilir apa saja yang terdampak.

1. Baja

Harga patokan besi HRC (Hot Rolled Coil) dunia dan Tiongkok  (tidak termasuk PPN) masing-masing naik 59% dan 35% menjadi US$1.069/ton dan US$785/ton pada awal tahun hingga 19 Mei 2021. Harga baja akan terus didukung oleh kenaikan permintaan baja global sebesar 6,2% pada tahun ini yang terdorong oleh Rancangan Undang-undang (RUU) infrastruktur AS dan pemulihan ekonomi.

Di sisi lain, kebijakan pemeritah Tiongkok dapat menyebabkan persaingan pasokan di pasar menjadi lebih ketat. "Kami perkirakan harga baja akan melemah di semeter kedua 2021 dimana bijih besi  harganya akan turun karena peningkatan pasokan dari pertambangan. Rata-rata harga patokan HRC dunia danHarga HRC domestik Tiongkok masih diproyeksikan naik 47% dan 37% secara tahunan (year on year) pada 2021," tulis analis DBS, Lee Eun Young dalam laporannya.

Baja dan aluminium merupakan komponen utama pembuatan kendaraan. Selain baja, pabrikan (Original Equipment Manufacturer/OEM) kendaraan akhir-akhir ini banyak menggunakan aluminium dalam produksi kendaraan guna mengurangi berat kendaraan sekaligus menurunkan emisi CO2.

Bahan baku baja diperkirakan menyumbang sekitar 75% terhadap total biaya produksi kendaraan. Oleh sebab itu, DBS percaya OEM mobil mungkin tidak dapat meneruskan kenaikan biaya produksi secara penuh kepada konsumen,

2. Tembaga

Harga tembaga  meningkat 28% menjadi  US$10,115/ton per 19 Mei 2021 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dari  titik terendahnya di level US$4.618/ton pada 23 Maret 2020. Pasar tembaga diperkirakan tetap defisit 248 ribu ton dan 206 ribu ton pada tahun 2021 dan 2022. Angka ini menyusut dari defisit 2020 sebesar 420 ribu ton.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement