Pergerseran Perilaku, Dorong Pertumbuhan Layanan e-Groceries Indonesia
Pandemi Covid-19 telah mengubah kebiasaan masyarakat, termasuk dalam hal berbelanja. Pembatasan sosial dan mobilitas membuat masyarakat semakin akrab degan perangkat teknologi dan gaya hidup digital.
Bank DBS dalam riset bertajuk Asian Insight Sparx New Economy Sector mengungkapkan, perilaku berbelanja masyarakat di Asia Tenggara pada 2020 berubah ke hal yang bisa dilakukan di rumah secara online.
Adapun kebiasaan memesan makanan dan belanja kebutuhan sehari-hari secara online (e-groceries) menunjukkan perubahan paling signifikan yakni 34% dan 33%. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan layanan ini, Bank DBS memproyeksikan e-groceries bisa semakin tumbuh ke depan.
Nilai transaksi atau Gross Merchandise Value (GMV) e-groceries di Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai 6 US$ miliar, meningkat dari yang sebelumnya 1 US$ miliar pada 2020. Sedangkan tingkat penetrasinya diperkirakan dapat mencapai 5% pada 2025, yang juga lebih tinggi dari 2020 sebesar 0,3%, menurut LEK Consulting.
Meski begitu, Bank DBS juga mengungkap ada beragam peluang dan tantangan mendasar di balik tumbuhnya layanan e-groceries di Tanah Air seperti pemberlakuan pembatasan sosial dan basis konsumen yang besar akan menjadi faktor menguntungkan. Sedangkan masalah infrastruktur logistik dan biaya pengiriman tinggi, akan menjadi salah satu tantanggannya ke depan.