Tiongkok Bakal Tingkatkan Penggunaan Kembali Sampah Jadi 60% pada 2025
Tiongkok berencana menggunakan kembali 60% dari sampah rumah tangga di kawasan perkotaannya pada 2025. Saat ini 50% sampah rumah tangga di perkotaan Tiongkok berhasil didaur ulang dan digunakan kembali.
Negeri Panda memang tengah berupaya meningkatkan kapasitas penanganan sampahnya. Hal ini setelah tidak tercapainya sejumlah target penanganan sampah pada rentang 2016 hingga 2020.
Volume sampah yang terus meningkat menjadi tantangan terbesar yang dihadapi otoritas Tiongkok. Meningkatnya populasi perkotaan mendorong tingkat konsumsi. Hal ini membuat kota-kota besar di negara ini dikelilingi tempat pembuangan sampah.
“Kapasitas penanganan sampah perkotaan tahun lalu 1,27 juta ton per hari, naik 63% dibandingkan 2015. Tapi beberapa daerah kesulitan untuk menangani peningkatan volume sampah,” tulis pernyataan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) Tiongkok, dikutip Reuters, Senin (17/5).
NDRC menyatakan bahwa separuh kota-kota di Tiongkok pun belum memiliki pabrik pembakaran sampah. Selain itu banyak kota di wilayah tengah dan barat yang gagal memenuhi target pengolahan limbah berbahaya.
Selain menaikkan tingkat pemanfaatan sampah perkotaan menjadi 60%, Tiongkok juga akan menaikkan tingkat pembakaran menjadi sekitar 65%, naik dari 45% tahun lalu.
Negara ini sekarang meluncurkan peraturan yang membuat orang memilah sampah mereka dan juga terus membatasi plastik sekali pakai dan limbah kemasan yang tidak dapat didaur ulang, serta melarang impor sampah.
Kebijakan moratorium impor sampah Tiongkok sudah berjalan sejak awal 2018. Pemerintah Tiongkok meluncurkan Operasi Pedang Nasional (Operation National Sword) yang melarang impor berbagai jenis sampah, termasuk plastik.
Kebijakan ini menjadi pukulan bagi industri daur ulang dunia. Pasalnya, Tiongkok merupakan importir sampah plastik dan plastik olahan yang lebih sulit didaur ulang terbesar di dunia.
Tiongkok juga telah meluncurkan berbagai skema daur ulang serta program "kota bebas sampah" yang bertujuan untuk mengatasi tumpukan sampah pengolahan limbah padat yang diperkirakan mencapai 70 miliar ton pada 2019.